Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

5 Fakta Penting Pejuang Emansipasi Wanita, R.A Kartini

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

5 Fakta Penting Pejuang Emansipasi Wanita, R.A Kartini

Pantau.com - Hari ini tepat di tanggal 21 April 2019, masyarakat Indonesia memperingati Hari Kartini. Memiliki nama lengkap Raden Ajeng Kartini, atau dikenal sebagai R.A Kartini, ia merupakan tokoh perempuan Indonesia atau Pahlawan Nasional Indonesia.

R.A Kartini adalah salah satu dari sekian banyak wanita yang melihat kesetaraan pria dan wanita sama. Ia dikenal karena perannya dalam kesetaraan pria dan wanita di tanah air.

Perjuanganya menuntut hak perempuan atas hak pendidikan menjadi pintu kesuksesan perempuan hingga saat ini. Tanggal 21 April yang merupakan hari lahir R.A Kartini diperingati untuk mengenang jasanya. Berikut fakta menarik tentang R.A Kartini.

Baca juga: Presiden Jokowi Sampaikan Ucapan Selamat Hari Kartini

1. Lahir dari Keluarga Bangsawan

Raden Ajeng Kartini atau disebut Raden Ayu Kartini merupakan tokoh Jawa yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara. Kartini adalah anak ke 5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri.

R.A Kartini lahir dari keluarga bangsawan pasangan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A Ngasirah. Sang ayah berasal dari bangsawan Jawa yang menjabat sebagai bupati negara. Sedangkan, sang ibu merupakan putri dari seorang Kyai di Kota Jepara.

2. Gemar Membaca dan Menulis Surat

Kartini muda sudah belajar Bahasa Belanda, ia dikenal gemar membaca sejumlah buku, seperti Max Havelaar, surat cinta karya Multatuli, bahkan surat kabar Semarang, De Locomotief.

Selain membaca, Kartini juga menghabiskan waktunya dengan menulis surat dalam bahasa Belanda untuk temannya di Eropa. Ketertarikannya dalam membaca dan menulis surat membuatnya memperolah pengetahuan yang luas, ia seringkali mengungkapkan keprihatinan tentang perempuan yang dilarang untuk menyenyam pendidikan.

Pada perkenalan dengan Estelle “Stella” Zeehandelaar, Kartini mengungkapkan keinginanya untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkuman adat, tidak bisa sekolah, harus dipingit, bahkan dipaksa menikah dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.

Surat-suratnya kini dibukukan oleh J.H. Abendanon, dengan judul Door Duisternis tot Licht yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Melayu oleh Armin Pane dengan judul 'Habis Gelap Terbitlah Terang'.

Baca juga: Dito 'Percussion' Melihat Semangat Kartini pada Ayudia Bing Slamet

3. Menikah di Usia 24 Tahun

Pada 12 November 1903, R.A Kartini menikah dengan K.R.M Adipati Ario Singgih DjojoAdhiningrat, yang merupakan anak tunggal Bupati Rembang, Soesalit Djojoadhiningrat. 

Raden Adipati Djojodiningrat berusia 26 tahun lebih tua dari Kartini, dan telah memiliki tiga istri dan 12 anak.

4. Mendirikan Sekolah Khusus Perempuan

Dengan dukungan sang suami, pada tahun 1903 R.A Kartini mendirikan Sekolah Khusus Perempuan yang terletak di timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang. Dan dengan bantuan pemerintah Belanda, Kartini mendirikan sekolah itu tanpa memandang status keluarga.

5. Tokoh Emansipasi Wanita

R.A Kartini melihat perjuangan wanita untuk memperoleh kebebasan, otonomi, dan kesetaraan hukum sebagai gerakan yang lebih luas. Berkat kegigihannya, pada 1912, ia kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainya. Yayasan Kartini ini didirikan oleh Van Deventer seorang tokoh Politik Etis.

Penulis :
Noor Pratiwi