
Pantau - Periode kedua pemerintahan Jokowi, Tentara Nasional Indonesia (TNI) mendapat modernisasi dan penguatan sejumlah Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista).
Terbaru adalah kedatangan pesawat Hercy atau Hercules C-130J Super Hercules A-1339. Tak tanggung-tanggung Indonesia memesan 5 unit pesawat garapan Lockheed Martin itu.
Pengamat militer dan pertahanan Anton Ali Abbas mengatakan, Indonesia telah memiliki pesawat Hercules sejak era Presiden Sukarno.
"Kita punya Hercy sudah sejak era Presiden Sukarno yang ketika itu berkunjung ke Amerika Serikat. Hercy memang punya peran yang sangat strategis bagi TNI kita," kata Anton kepada Pantau.com belum lama ini.
Indonesia pertama kali menjajal Hercules dalam lawatan Presiden Sukarno ke Amerika pada tahun 1959. Kala itu Presiden Sukarno mendapat surat dari Presiden Amerika Serikat John F Kenndey untuk melepas Allan Pope, pilot CIA yang berstatus sipil yang ditembak jatuh dan ditangkap PRRI/Permesta pada 1958.
Sebagai imbal balik, Kennedy menawarkan barter yang pada akhirnya pilihan jatuh pada pengadaan 10 unit Hercules C-130B. Pesawat Hercules dipilih sebagai pengganti pesawat transportasi de Havilland Canada DHC-4 Caribou yang sudah usang.
Apakah 5 unit Hercules itu cukup untuk wilayah sebesar Indonesia?
Menurut Anton, pembelian 5 unit Hercules terbaru tentunya sudah berdasarkan planning. Pemerintah biasanya mempunyai mekanisme membeli alutsista sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.
"Banyak atau tidak pembelian suatu alutsista ada perencanaannya. Yang pasti kita apresiasi penguatan alutsista TNI," ujar Anton yang juga Dosen di Universitas Paramadina ini.
Serah terima pesawat C-130J Super Hercules A-1339 dilakukan di Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma, pada Rabu (8/3/2023). Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Presiden Jokowi.
“Yang kita terima pada hari ini pesawat yang sangat canggih. Tadi saya sudah masuk, sudah dijelaskan bisa mengangkut kalau pasukan yang pakai dengan parasut artinya penerjun itu bisa mengangkut 98, tapi kalau hanya pasukan bukan penerjun bisa 128 pasukan dan bisa mengangkut 19,9 ton,” kata Jokowi di Lanud Halim, Jakarta Timur.
Jokowi menyebut pesawat ini cocok untuk operasi militer dan kegiatan kemanusiaan lainnya. Pesawat Super Hercules disebutnya bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia dengan waktu terbang 11 jam.
“Yang kita pesan ada lima, tadi Pak Menhan menyampaikan hari ini datang satu, Juni tambah satu lagi, Juli tambah satu, Oktober tambah satu, Januari tambah satu. (Total) Lima pesawat yang dipesan,” katanya.
Pesawat militer itu ditaksir punya harga yang cukup fantastis. Mengutip laman Defence News, New Zealand juga membeli lima unit pesawat C-130J-30 dengan harga sekitar 1,5 miliar dolar New Zealand. Harga itu termasuk dengan flight simulator dan juga infrastruktur pendukung lain.
Bila dibagi lima, satu pesawat setidaknya memiliki harga 300 juta dolar atau kalau dirupiahkan harganya setara Rp2,8 triliun.
C-130J-30 Super Hercules A-1339 diklaim bisa terbang hingga ketinggian maksimum total 8.000 meter dengan muatan 44.000 pounds (19.958 kilogram). Di atas kertas, pesawat ini bisa terbang sejauh 4.425 kilometer dengan muatan 40.000 pounds.
Lebih detail soal daya angkut, Lockheed Martin membeberkan pesawat ini juga bisa membawa 8 palet atau 97 tandu atau 24 bundel CDS (Container Delivery System) atau 128 pasukan tempur, atau 92 pasukan terjun, atau kombinasi dari semua hal tersebut sesuai kapasitas maksimum.
Di balik badan jumbonya, C-130J-30 Super Hercules dibekali empat mesin turboprops Rolls-Royce AE 2100D3 yang bisa mengembuskan 4,700 hp. Meski berukuran besar, performa pesawat C-130J-30 Super Hercules ini bisa melesat hingga maksimal 660 kilometer per jam (mach 0,58) di ketinggian 6.706 meter.
Tidak hanya mesin dan kapasitas kargo yang ditingkatkan, C-130J-30 Super Hercules diklaim lebih canggih dengan mode flight station, sistem avionik yang terintegrasi penuh, serta navigasi canggih yang mencakup sistem navigasi inersia ganda dan GPS .
Nantinya pesawat C-130J-30 Super Hercules ini akan ditempatkan di Skadron Udara 31 Wing Udara 1 Lanud Halim Perdanakusuma.
Selain Hercy, pemerintah juga dikabarkan memesan empat pesawat angkut Airbus A400M Atlas. Letter of Intent (LOI) pemesanan pesawat itu telah diteken oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tahun lalu.
Pesawat ini memiliki konfigurasi multi peran dan diklaim memiliki kemampuan lebih besar dari Hercules C-130.
Selain memperkuat alutsista udara, pemerintah juga memperkuat alutsista laut dengan membeli dua kapal selam diesel kelas Scorpene.
Mengutip Naval Technology, kapal selam kelas Scorpene bisa membawa 18 torpedo dan misil. Scorpene juga dilengkapi dengan tabung torpedo yang membuatnya bisa melakukan peluncuran salvo. Tak hanya itu, Scorpene juga memiliki torpedo anti-kapal, dan anti-kapal selam dan anti-misil permukaan. Proses penanganan dan pemuatan senjatanya juga otomatis.
Scorpene dibekali dengan SUBTICS combat management system. Konsol pengontrol kapal ini bersifat enam multifungsi dan tabel taktik yang terpusat.
Combat management system kapal ini terdiri dari sistem pengendalian data taktik dan perintah, sistem kontrol senjata, dan sensor akustik terintegrasi dengan sebuah antarmuka sensor deteksi permukaan di udara dan sistem navigasi terintegrasi.
Sistem navigasi terintegrasinya menggabungkan data dari GPS, log, pengukuran kedalaman, dan sistem pemantauan trim kapal.
Kapal selam Scorpene memiliki empat generator diesel yang menyediakan daya 2.500 kW. Kapal ini juga dibekali dengan permanent magnet synchronous motor.
Scorpene mampu membawa 30 ranjau laut dan melanjut dengan kecepatan 20 knots (37 kilometer/ jam) di dalam air dan 12 knot (22 kilometer/ jam) di permukaan.
Terbaru adalah kedatangan pesawat Hercy atau Hercules C-130J Super Hercules A-1339. Tak tanggung-tanggung Indonesia memesan 5 unit pesawat garapan Lockheed Martin itu.
Pengamat militer dan pertahanan Anton Ali Abbas mengatakan, Indonesia telah memiliki pesawat Hercules sejak era Presiden Sukarno.
"Kita punya Hercy sudah sejak era Presiden Sukarno yang ketika itu berkunjung ke Amerika Serikat. Hercy memang punya peran yang sangat strategis bagi TNI kita," kata Anton kepada Pantau.com belum lama ini.
Indonesia pertama kali menjajal Hercules dalam lawatan Presiden Sukarno ke Amerika pada tahun 1959. Kala itu Presiden Sukarno mendapat surat dari Presiden Amerika Serikat John F Kenndey untuk melepas Allan Pope, pilot CIA yang berstatus sipil yang ditembak jatuh dan ditangkap PRRI/Permesta pada 1958.
Sebagai imbal balik, Kennedy menawarkan barter yang pada akhirnya pilihan jatuh pada pengadaan 10 unit Hercules C-130B. Pesawat Hercules dipilih sebagai pengganti pesawat transportasi de Havilland Canada DHC-4 Caribou yang sudah usang.
Apakah 5 unit Hercules itu cukup untuk wilayah sebesar Indonesia?
Menurut Anton, pembelian 5 unit Hercules terbaru tentunya sudah berdasarkan planning. Pemerintah biasanya mempunyai mekanisme membeli alutsista sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan.
"Banyak atau tidak pembelian suatu alutsista ada perencanaannya. Yang pasti kita apresiasi penguatan alutsista TNI," ujar Anton yang juga Dosen di Universitas Paramadina ini.
Kemampuan Hercy C-130J
Serah terima pesawat C-130J Super Hercules A-1339 dilakukan di Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma, pada Rabu (8/3/2023). Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Presiden Jokowi.
“Yang kita terima pada hari ini pesawat yang sangat canggih. Tadi saya sudah masuk, sudah dijelaskan bisa mengangkut kalau pasukan yang pakai dengan parasut artinya penerjun itu bisa mengangkut 98, tapi kalau hanya pasukan bukan penerjun bisa 128 pasukan dan bisa mengangkut 19,9 ton,” kata Jokowi di Lanud Halim, Jakarta Timur.
Jokowi menyebut pesawat ini cocok untuk operasi militer dan kegiatan kemanusiaan lainnya. Pesawat Super Hercules disebutnya bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia dengan waktu terbang 11 jam.
“Yang kita pesan ada lima, tadi Pak Menhan menyampaikan hari ini datang satu, Juni tambah satu lagi, Juli tambah satu, Oktober tambah satu, Januari tambah satu. (Total) Lima pesawat yang dipesan,” katanya.
Harga Ditaksir Rp2,8 Triliun
Pesawat militer itu ditaksir punya harga yang cukup fantastis. Mengutip laman Defence News, New Zealand juga membeli lima unit pesawat C-130J-30 dengan harga sekitar 1,5 miliar dolar New Zealand. Harga itu termasuk dengan flight simulator dan juga infrastruktur pendukung lain.
Bila dibagi lima, satu pesawat setidaknya memiliki harga 300 juta dolar atau kalau dirupiahkan harganya setara Rp2,8 triliun.
C-130J-30 Super Hercules A-1339 diklaim bisa terbang hingga ketinggian maksimum total 8.000 meter dengan muatan 44.000 pounds (19.958 kilogram). Di atas kertas, pesawat ini bisa terbang sejauh 4.425 kilometer dengan muatan 40.000 pounds.
Lebih detail soal daya angkut, Lockheed Martin membeberkan pesawat ini juga bisa membawa 8 palet atau 97 tandu atau 24 bundel CDS (Container Delivery System) atau 128 pasukan tempur, atau 92 pasukan terjun, atau kombinasi dari semua hal tersebut sesuai kapasitas maksimum.
Di balik badan jumbonya, C-130J-30 Super Hercules dibekali empat mesin turboprops Rolls-Royce AE 2100D3 yang bisa mengembuskan 4,700 hp. Meski berukuran besar, performa pesawat C-130J-30 Super Hercules ini bisa melesat hingga maksimal 660 kilometer per jam (mach 0,58) di ketinggian 6.706 meter.
Tidak hanya mesin dan kapasitas kargo yang ditingkatkan, C-130J-30 Super Hercules diklaim lebih canggih dengan mode flight station, sistem avionik yang terintegrasi penuh, serta navigasi canggih yang mencakup sistem navigasi inersia ganda dan GPS .
Nantinya pesawat C-130J-30 Super Hercules ini akan ditempatkan di Skadron Udara 31 Wing Udara 1 Lanud Halim Perdanakusuma.
Pesan Pesawat Canggih Airbus A400M dan Kapal Selam Scorpene
Selain Hercy, pemerintah juga dikabarkan memesan empat pesawat angkut Airbus A400M Atlas. Letter of Intent (LOI) pemesanan pesawat itu telah diteken oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tahun lalu.
Pesawat ini memiliki konfigurasi multi peran dan diklaim memiliki kemampuan lebih besar dari Hercules C-130.
Selain memperkuat alutsista udara, pemerintah juga memperkuat alutsista laut dengan membeli dua kapal selam diesel kelas Scorpene.
Mengutip Naval Technology, kapal selam kelas Scorpene bisa membawa 18 torpedo dan misil. Scorpene juga dilengkapi dengan tabung torpedo yang membuatnya bisa melakukan peluncuran salvo. Tak hanya itu, Scorpene juga memiliki torpedo anti-kapal, dan anti-kapal selam dan anti-misil permukaan. Proses penanganan dan pemuatan senjatanya juga otomatis.
Scorpene dibekali dengan SUBTICS combat management system. Konsol pengontrol kapal ini bersifat enam multifungsi dan tabel taktik yang terpusat.
Combat management system kapal ini terdiri dari sistem pengendalian data taktik dan perintah, sistem kontrol senjata, dan sensor akustik terintegrasi dengan sebuah antarmuka sensor deteksi permukaan di udara dan sistem navigasi terintegrasi.
Sistem navigasi terintegrasinya menggabungkan data dari GPS, log, pengukuran kedalaman, dan sistem pemantauan trim kapal.
Kapal selam Scorpene memiliki empat generator diesel yang menyediakan daya 2.500 kW. Kapal ini juga dibekali dengan permanent magnet synchronous motor.
Scorpene mampu membawa 30 ranjau laut dan melanjut dengan kecepatan 20 knots (37 kilometer/ jam) di dalam air dan 12 knot (22 kilometer/ jam) di permukaan.
- Penulis :
- Fadly Zikry