
Pantau - Peneliti Universias Gadjah Mada UGM memastikan bahwa risiko teknologi wolbachia dalam waktu 30 tahun ke depan tidak berbahaya sehingga dapat diabaikan. Kepastian itu datang dari Peneliti Nyamuk Berwolbachia di Pusat Kedokteran Tropis UGM, Dr Eggi Arguni, MSc, PhD, SpA(K).
"Jadi mereka sudah menilai bahwa dalam 30 tahun ke depan teknologi ini tidak memiliki risiko yang membahayakan. sehingga kesimpulannya adalah dapat diabaikan," kata Eggi saat dikonfirmasi Pantau.com di Jakarta, Jumat (1/12/2023).
Eggi menambahkan pihaknya telah melaporkan analisis risiko atau risk assement kepada Komisi IX DPR terkait penelitian inovasi nyamuk aedes aegypti berwolbachia. Penelitian ini dilakukan sejak tahun 2011 hingga 2023.
"Jadi, sebenarnya yang dilaporkan ke Komisi IX hasil dari penilaian risiko biasa sebut risk assement mengenai penelitian teknologi nyamuk aedes aegypti berwolbachia sejak tahun 2011 hinga 2023," ujarnya.
Lebih lanjut, Eggi menyampaikan analisis risiko menilai aspek yang mungkin dipengaruhi oleh teknologi wolbachia. Banyak aspek yang dinilai, mulai dari aspek kesehatan, sosial ekonomi, dan budaya.
"Itu semua dinilai. Hasil penilaian dari keseluruhan aspek tersebut itu akan mendapatkan adjustment dari para ahli," tuturnya.
Eggi berharap teknologi wolbachia yang teruji secara ilmiah dapat menurunkan penyebaran virus dengue di tubuh manusia. Teknologi ini pun dapat mengurani jumlah pasien rawat inap di rumah sakit lantaran DBD.
"Dengan bukti-bukti ilmiah ini yang dihasilkan penelitian dengan standar tinggi dapat dilakukan implementasi di Indonesia. Kita harapkan bisa menjadi teknologi pelengkap upaya pengendalian dengue yang sudah ada," pungkasnya.
Sebelumnya, Entomolog Institut Pertanian Bogor, Prof Damayanti Buchori, mengatakan selama proses analisis risiko, para peneliti banyak mendiskusikan potensi-potensi yang mungkin terjadi di masa depan. Ada pun fokus diskusi menekankan pada empat hal yakni risiko pada lingkungan, sosio kultural dan ekonomi, manajemen nyamuk, serta public health.
Pertama yang diidentifikasi adalah bahayanya. Bahaya apa yang akan terjadi di masa depan dan diidentifikasi terdapat 56 bahaya. Prof Dama menjelaskan pihaknya memprediksi bahaya akan terjadi dalam waktu 30 tahun ke depan.
Hasilnya, penerapan teknologi nyamuk berwolbachia untuk menekan penyebaran virus DBD dinyatakan aman. Dalam jangka waktu 30 tahun ke depan, bahkan, risikonya dapat diabaikan.
“Dari matriks risiko, pada akhirnya keluarlah negligible risk, yakni penggunaan wolbachia, (risikonya) dapat diabaikan dalam waktu 30 tahun. Namun, monitoring secara reguler perlu dilakukan untuk melihat perkembangannya,” kata Prof Dama.
- Penulis :
- Yohanes Abimanyu