
Pantau - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menyoroti pentingnya mencegah stres akibat teknologi pada kelompok lanjut usia (lansia) sebagai respons terhadap fenomena populasi menua (aging population) di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, sebanyak 49,56 persen penduduk lansia di Indonesia telah menggunakan gawai, namun hanya sekitar 20 persen dari mereka yang mampu mengakses dan memanfaatkan internet secara efektif.
Sekretaris Kemendukbangga/BKKBN, Budi Setiyono, menyatakan bahwa paparan konten digital yang tidak disaring dapat menyebabkan techno stress pada lansia, terutama karena rendahnya literasi digital yang membuat mereka lebih rentan terhadap kejahatan siber.
Sidaya: Program Literasi Digital untuk Lansia
Sebagai solusi, Kemendukbangga/BKKBN menginisiasi program Lansia Berdaya (Sidaya), salah satu dari lima program quick wins untuk mengatasi tantangan populasi lansia yang terus meningkat.
Program ini bertujuan memberikan literasi digital yang memadai kepada lansia agar mereka tetap berdaya dan tidak tertinggal di era teknologi digital, terutama di tengah momentum bonus demografi.
Budi juga menekankan bahwa selain lansia, perhatian pemerintah juga difokuskan pada penguatan kualitas keluarga, penurunan angka stunting, serta pengelolaan angka kelahiran dan remaja sebagai bagian dari strategi menyongsong Indonesia Emas 2045.
BPS mencatat, pada tahun 2023 terdapat 32 juta lansia di Indonesia atau sekitar 11,75 persen dari total populasi—angka ini naik dari 10,48 persen pada tahun sebelumnya.
Diperkirakan, pada tahun 2050, lansia akan mencakup 20–25 persen dari jumlah penduduk Indonesia, menandai transisi penting dalam struktur demografi nasional.
Dengan peluncuran Sidaya, diharapkan para lansia mampu mengakses teknologi secara sehat dan aman, serta Indonesia dapat memaksimalkan peluang bonus demografi sekaligus mengatasi tantangan populasi menua.
- Penulis :
- Balian Godfrey