
Pantau - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya adopsi teknologi medis seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) dan obat inovatif PCSK9 inhibitor untuk membangun sistem kesehatan nasional yang efisien, inklusif, dan berkelanjutan.
Ia menjelaskan bahwa teknologi dapat mempercepat proses diagnosis, mempersingkat waktu operasi, dan mengurangi masa rawat inap pasien.
"Teknologi ini dapat mempercepat diagnosis, mempersingkat waktu operasi, dan mengurangi masa rawat inap yang pada akhirnya menekan biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan".
Menurutnya, AI berpotensi meningkatkan efisiensi layanan kesehatan, misalnya melalui pengembangan prosedur bedah robotik yang presisi.
Ia menambahkan bahwa belanja sektor kesehatan Indonesia terus meningkat dan tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kalau kita terus menambah belanja tanpa efisiensi, sistem ini tidak akan bertahan. Kita ibarat rumah tangga yang pengeluarannya naik 50 persen, tapi penghasilan hanya naik 8 persen. Ini jelas tidak seimbang".
Strategi Teknologi Kesehatan Nasional
Salah satu inovasi yang akan segera diimplementasikan adalah penggunaan PCSK9 inhibitor, yaitu obat kolesterol generasi baru yang cukup disuntikkan satu kali dan mampu menurunkan kadar kolesterol secara signifikan.
Obat ini direncanakan akan digunakan di 500 rumah sakit di seluruh Indonesia sebagai alternatif dari terapi konvensional yang mahal dan harus dikonsumsi setiap hari.
Pemerintah memperkirakan total belanja sektor kesehatan Indonesia akan mencapai USD 240 miliar dalam lima tahun ke depan.
Dari jumlah tersebut, sekitar sepertiga akan dialokasikan untuk pengadaan alat kesehatan dan pengembangan teknologi medis.
Untuk menyamai standar layanan kesehatan seperti di Malaysia, Indonesia diperkirakan membutuhkan tambahan anggaran hingga USD 84 miliar dalam lima tahun ke depan—jumlah ini tiga kali lipat dari anggaran saat ini.
Menkes menyatakan bahwa pendekatan berbasis teknologi merupakan strategi kunci agar sistem kesehatan tetap tangguh dan adaptif, meskipun menghadapi keterbatasan fiskal.
"Teknologi tidak hanya membantu dokter, tetapi juga menyelamatkan anggaran negara. Kita harus mulai berpikir membangun sistem yang cerdas, bukan sekadar besar".
Dalam refleksinya sebagai mantan bankir, Menkes menyebut bahwa krisis selalu hadir dalam dua wajah: bahaya dan peluang.
"Kita bisa melihat krisis sebagai ancaman atau sebagai peluang. Bagi saya, ini adalah saat yang tepat untuk bertindak. Mari kita bangun sistem kesehatan Indonesia yang tangguh dan modern bersama".
- Penulis :
- Arian Mesa