Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Penurunan Tarif Ekspor ke AS Jadi Angin Segar bagi Industri Padat Karya Indonesia

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Penurunan Tarif Ekspor ke AS Jadi Angin Segar bagi Industri Padat Karya Indonesia
Foto: (Sumber: Presiden Prabowo Subianto berbicara melalui sambungan telepon dengan Presiden AS Donald Trump membahas tarif impor yang ditetapkan oleh AS kepada Indonesia sebagaimana diunggah akun Instagram pribadi Presiden Prabowo @prabowo, Rabu (16/7/2025). ANTARA/HO-Instagram @prabowo.)

Pantau - Penurunan tarif resiprokal Amerika Serikat terhadap produk Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen dinilai sebagai angin segar bagi sektor padat karya nasional, khususnya industri tekstil, alas kaki, dan peralatan elektronik.

Analis Macquarie Sekuritas Indonesia, Ari Jahja, menyatakan bahwa kebijakan ini memberikan keunggulan kompetitif bagi Indonesia di pasar Amerika dan memperkuat posisi ekspor nasional di tengah ketatnya persaingan perdagangan global.

Sektor tekstil, alas kaki, dan elektronik diketahui menyumbang sekitar 42 persen dari total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat, sehingga dampak positif dari penurunan tarif ini dinilai sangat signifikan.

Indonesia Unggul Dibanding Negara Pesaing

Ari menjelaskan bahwa tarif 19 persen yang dikenakan pada produk tekstil Indonesia kini lebih rendah dibandingkan beberapa negara pesaing utama seperti Vietnam (20 persen), India (26 persen), China (55 persen), Bangladesh (35 persen), dan Kamboja (36 persen).

"Pemangkasan tarif ini memberi keunggulan kompetitif bagi Indonesia di pasar Amerika, menjadikan Indonesia lebih unggul dibanding negara pesaing," ujarnya.

Menurutnya, langkah ini krusial untuk menjaga dan meningkatkan daya saing Indonesia di sektor ekspor padat karya, terutama dalam menghadapi tekanan dari negara-negara eksportir besar lainnya.

Kesepakatan Dagang dan Komitmen Pembelian Produk AS

Sebagai bagian dari kesepakatan dagang yang mengiringi penurunan tarif tersebut, Indonesia juga berkomitmen membeli produk energi asal Amerika Serikat senilai 15 miliar dolar AS.

Selain itu, pemerintah Indonesia sepakat untuk membeli produk pertanian seperti gandum dan kedelai senilai 4,5 miliar dolar AS serta 50 unit pesawat Boeing.

Ari menilai langkah ini sebagai strategi bilateral yang menguntungkan, baik bagi hubungan diplomatik maupun bagi kelangsungan ekspor nasional.

"Kita memang tidak mengenakan tarif pada ekspor AS, namun imbal baliknya Indonesia mendapatkan akses yang lebih besar dan stabil ke pasar AS," ungkapnya.

Deregulasi Domestik Jadi Kunci

Meski menyambut baik kesepakatan ini, Ari mengingatkan bahwa keberhasilan maksimal tetap memerlukan dukungan dari dalam negeri.

Ia menegaskan bahwa pemerintah harus segera melakukan deregulasi yang tepat untuk mendukung daya saing ekspor Indonesia secara menyeluruh.

"Deregulasi tetap menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing ekspor Indonesia secara menyeluruh," tegasnya.

Penulis :
Aditya Yohan
Editor :
Tria Dianti

Terpopuler