HOME  ⁄  Nasional

Pasar Kampung Osing Jadi Solusi Baru untuk Wujudkan Ekonomi Berkelanjutan di Banyuwangi

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Pasar Kampung Osing Jadi Solusi Baru untuk Wujudkan Ekonomi Berkelanjutan di Banyuwangi
Foto: (Sumber: Parade Budaya yang masuk kalender Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata tersebut bakal digelar pada 12-13 Juli mendatang dengan mengangkat filosofi dan tahapan penting siklus kehidupan masyarakat suku Osing. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/nym.)

Pantau - Di Desa Kemiren, Banyuwangi, upaya mengintegrasikan warisan budaya Suku Osing dengan penguatan ekonomi lokal mulai digagas melalui pengembangan pasar budaya yang berkelanjutan.

Terletak sekitar tujuh kilometer dari pusat kota dan berada di kaki Gunung Ijen, Desa Kemiren merupakan rumah bagi komunitas adat Osing, satu-satunya suku asli di ujung timur Pulau Jawa.

Kampung Osing menjadi simbol identitas budaya dengan kekayaan tradisi yang masih hidup, mulai dari bahasa, arsitektur rumah panggung dari kayu, batik bermotif gajah oling, hingga pertunjukan seni seperti tari Gandrung dan Seblang.

Desa ini juga dikenal sebagai desa wisata budaya yang rutin menarik wisatawan lokal maupun mancanegara, terutama saat digelarnya festival “Tumpeng Sewu” setiap malam 1 Suro, di mana ribuan tumpeng disusun memanjang di sepanjang jalan desa sebagai bentuk syukur kolektif masyarakat.

Tari Gandrung, yang menjadi ikon Banyuwangi, bahkan telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh pemerintah.

Namun, di balik semarak festival, aktivitas kebudayaan Osing hanya berlangsung sesaat dan kembali meredup setelah wisatawan pergi.

Produk lokal seperti kopi sangrai, batik Osing, dan kerajinan bambu belum memiliki wadah ekonomi yang tetap karena belum adanya pasar yang beroperasi secara rutin.

Ketergantungan pada event tahunan tanpa dukungan infrastruktur ekonomi membuat keberlanjutan budaya Osing belum sepenuhnya menjamin kesejahteraan masyarakatnya.

“Kalau hanya ramai saat festival, masyarakat sulit menjadikan budaya sebagai sumber penghasilan jangka panjang,” ungkap salah satu pelaku UMKM setempat.

Oleh karena itu, muncul gagasan untuk menghadirkan pasar budaya Kampung Osing yang tidak hanya menjual produk khas Osing, tetapi juga menampilkan pertunjukan dan aktivitas budaya secara reguler.

Inisiatif ini dinilai mampu menjadi jembatan antara pelestarian budaya dan penguatan ekonomi berbasis komunitas.

“Yang kita butuhkan adalah aktivitas yang berjalan terus, bukan musiman,” ujar perwakilan Dinas Kebudayaan Banyuwangi, “Pasar budaya bisa menjadi ruang hidup bagi tradisi sekaligus ruang tumbuh bagi ekonomi warga.”

Dengan pengelolaan yang terstruktur dan partisipasi aktif masyarakat, pasar Kampung Osing diharapkan menjadi model pengembangan desa wisata yang tidak hanya memamerkan budaya, tetapi juga menopang kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Penulis :
Aditya Yohan

Terpopuler