
Pantau - Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J Rachbini, mengenang kiprah Arif Budimanta sebagai sosok yang konsisten mengusung nilai-nilai Pancasila dalam sistem ekonomi Indonesia yang adil, inklusif, dan berdaulat.
Arif Budimanta, mantan Staf Khusus Presiden ke-7 RI bidang ekonomi dan Ketua Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata PP Muhammadiyah, meninggal dunia pada Sabtu, 6 September 2025 pukul 00.06 WIB.
Ketua PP Muhammadiyah bidang Ekonomi dan Bisnis, Muhadjir Effendy, membenarkan kabar wafatnya Arif saat dihubungi ANTARA di Jakarta pada hari yang sama.
Karya dan Gagasan Ekonomi Konstitusi
Didik menyatakan bahwa Arif meninggalkan warisan pemikiran penting yang mendalam di bidang ekonomi, politik, dan kebijakan publik, khususnya terkait Pancasila dan UUD 1945.
Beberapa karya Arif yang disorot Didik adalah Pancasilanomics: Ekonomi Pancasila dalam Gerak (2019) dan buku tentang Arsitektur Ekonomi Indonesia.
Melalui buku-buku tersebut, Arif mengkritik arah pembangunan yang terlalu liberal dan mengusulkan desain ekonomi berbasis konstitusi, khususnya Pasal 33 UUD 1945.
Menurut Didik, Arif bukan hanya akademisi, tetapi juga praktisi yang terlibat langsung dalam berbagai proses kebijakan publik, termasuk saat menjabat sebagai anggota DPR RI periode 2009–2014.
Dalam periode itu, Arif dan koleganya terlibat dalam gerakan sunyi untuk menghidupkan kembali ekonomi konstitusi yang menempatkan rakyat sebagai pusat pembangunan.
Pejuang Indikator Kesejahteraan dan Aktivis Sosial
Arif dikenal sebagai penggagas kaukus di DPR yang bertujuan memasukkan indikator kesejahteraan rakyat ke dalam proses penyusunan APBN, bekerja sama lintas fraksi.
Menurut Didik, bagi Arif, indikator kesejahteraan rakyat harus menjadi tujuan utama kebijakan ekonomi, bukan sekadar pertumbuhan ekonomi yang mengejar angka tanpa memperhatikan dampak sosial.
Di luar ranah politik, Arif juga berperan dalam ranah sosial dan pendidikan.
Ia tercatat sebagai pengurus Yayasan Wakaf Paramadina, yang mendukung kampus Paramadina dalam menghidupkan diskursus publik serta memberikan kritik terhadap kebijakan ekonomi dan politik secara luas.
Arif juga dikenal sebagai penulis aktif yang banyak mempublikasikan artikel di media massa nasional, dengan fokus pada isu ketimpangan, UMKM, investasi, dan keberlanjutan.
Didik menyampaikan bahwa kepergian Arif di usia yang masih tergolong muda merupakan kehilangan besar, namun harus diterima dengan ikhlas sebagai bagian dari takdir.
Ia berharap pemikiran Arif akan terus hidup dan menjadi pelajaran berharga bagi generasi mendatang dalam merancang arah pembangunan yang lebih adil dan berlandaskan konstitusi.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf