
Pantau - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan bahwa tidak terdeteksi adanya badai geomagnetik signifikan di wilayah Indonesia selama sepekan terakhir, dengan dampak gangguan aktivitas magnet bumi yang tergolong minimum.
Indeks Magnet Bumi Masih dalam Kategori Aman
Ketua Tim Bidang Geofisika Potensial BMKG, Syrojudin, menjelaskan bahwa gangguan geomagnetik yang terpantau disebabkan oleh aliran angin matahari berkecepatan tinggi dari lubang korona di matahari, yang dikenal dengan istilah Coronal Hole High Speed Stream (CH HSS).
"Ini hanya gangguan kecil, tidak berdampak signifikan terhadap Indonesia," ungkapnya.
BMKG menggunakan dua jenis indeks utama untuk memantau tingkat gangguan medan magnet bumi, yaitu:
Indeks K, dihitung dalam interval tiga jam dengan skala 0 hingga 9
Indeks A, merupakan rata-rata fluktuasi magnetik harian dari delapan titik data
Dalam tujuh hari terakhir, observatorium magnet bumi BMKG di wilayah utara Indonesia (Deli Serdang dan Manado) mencatat:
- Indeks K maksimum: 5
- Indeks A maksimum: 17,5
Sementara di wilayah selatan Indonesia (Lampung dan Alor, Nusa Tenggara Timur), tercatat:
- Indeks K maksimum: 5
- Indeks A maksimum: 10,625
Nilai-nilai tersebut dikategorikan sebagai gangguan aktif dan belum mencapai ambang batas badai geomagnetik.
Tidak Berdampak pada Navigasi dan Sistem Komunikasi
BMKG menyebut gangguan aktif ini belum memberikan dampak terhadap sistem navigasi satelit, komunikasi radio, maupun jaringan kelistrikan nasional.
Meski gangguan yang terjadi berskala ringan, BMKG tetap melakukan pemantauan secara berkelanjutan terhadap aktivitas geomagnetik global.
Langkah ini bertujuan untuk mengantisipasi potensi badai geomagnetik yang lebih kuat, yang dapat memengaruhi sektor penerbangan dan teknologi komunikasi di Indonesia.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf