
Pantau - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mengumumkan rencana ambisius untuk membangun dua Carbon Capture Storage (CCS) Hub serta beberapa fasilitas CCS/CCUS satelit di berbagai wilayah Indonesia guna mendukung upaya penurunan emisi karbon secara berkelanjutan.
CCS Hub dan Satelit Akan Layani Emiten Domestik dan Internasional
Direktur Investasi & Pengembangan Bisnis PHE, Dannif Utojo Danusaputro, menyatakan bahwa pembangunan dua CCS Hub ini akan didukung oleh beberapa fasilitas CCS satelit yang ditujukan untuk melayani sektor industri penghasil emisi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
"PHE akan membangun 2 CCS Hub dan beberapa CCS satelit yang akan melayani emitters domestik dan internasional. Kami perlu berkolaborasi dengan strategic partners untuk membangun CCS Hub dan satelit", ujarnya.
PHE Group mencatat potensi kapasitas penyimpanan emisi karbon sebesar 7,3 giga ton (GT) yang tersebar di seluruh Indonesia, meliputi saline aquifer dan depleted oil/gas field.
Saat ini, pengembangan CCS Hub pertama tengah dilakukan di wilayah Indonesia bagian barat, tepatnya di Asri Basin, dengan potensi kapasitas penyimpanan sekitar 1,1 GT.
Untuk wilayah Indonesia timur, CCS Hub akan dibangun di Central Sulawesi Basin, yang memiliki potensi kapasitas penyimpanan sekitar 1,9 GT.
Selain dua hub utama tersebut, PHE juga akan membangun fasilitas CCS/CCUS Satelit di tiga lokasi:
- South Sumatera Basin
- CO₂ EOR Sukowati
- East Kalimantan
PHE Dorong Dukungan Pemerintah demi Keberlanjutan CCS
Selain membangun infrastruktur CCS, PHE juga akan melakukan studi pengembangan CCS di empat lokasi lain, yakni:
- Central Sumatera Basin
- South Sumatera Basin (saline aquifer)
- East Java Basin
- Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB)
Dannif menekankan pentingnya peran pemerintah dalam memastikan keberlanjutan industri CCS, terutama dalam membangun ekosistem bisnis yang kompetitif di kawasan Asia Pasifik.
“Industri penghasil emisi di dalam negeri maupun internasional merupakan pasar yang potensial untuk pengembangan ekosistem bisnis CCS di Indonesia dan Asia Pasifik”, jelasnya.
Menurutnya, terdapat lima bentuk dukungan pemerintah yang krusial untuk mendorong implementasi CCS di Indonesia:
Dukungan pendanaan proyek melalui pendirian lembaga nasional khusus, seperti CCS Infrastructure Fund (CIF) di Inggris.
Mekanisme harga karbon yang diperluas di luar sektor pembangkit batu bara, mencontoh Emission Trading System (ETS) di Inggris.
Pendanaan litbang CCS terarah, seperti yang dilakukan Departemen Energi AS dengan alokasi sekitar 3 miliar dolar AS untuk proyek percontohan.
Penerapan standar teknis dan keselamatan CCS yang terperinci, sebagaimana diterapkan pemerintah Inggris.
“Sebagai contoh yang dilakukan oleh pemerintah Inggris dengan menerapkan standar teknis CCS komprehensif di seluruh rantai”, imbuhnya.
Tata kelola bisnis CCS lintas batas, seperti yang dilakukan oleh Norwegia dengan menyusun pedoman perdagangan karbon lintas negara.
Dengan proyek-proyek ini, PHE berharap Indonesia dapat menjadi pemain kunci dalam rantai nilai karbon global, sekaligus memperkuat komitmen negara dalam transisi energi rendah karbon.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Tria Dianti