Pantau Flash
HOME  ⁄  Olahraga

Nasib Timnas Indonesia Pasca Pemecatan Shin Tae Yong: Seperti Chelsea atau Manchester United?

Oleh Aditya Andreas
SHARE   :

Nasib Timnas Indonesia Pasca Pemecatan Shin Tae Yong: Seperti Chelsea atau Manchester United?
Foto: Shin Tae-yong resmi diberhentikan sebagai pelatih timnas Indonesia oleh PSSI. (foto: Getty Images)

Pantau - Pemecatan Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia menjadi momen penting yang mengguncang dunia sepak bola Tanah Air. 

Keputusan ini memicu diskusi tentang masa depan Timnas di tengah ambisi besar menuju Piala Dunia. Meski Shin membawa beberapa pencapaian bersejarah, kegagalan di Piala AFF 2024 menjadi titik evaluasi PSSI.

Sejatinya, pergantian pelatih adalah hal yang biasa dalam suatu tim sepak bola. Namun, banyak pelajaran yang bisa diambil dari transisi pergantian pelatih tersebut. Dua klub raksasa Inggris, Chelsea dan Manchester United adalah contoh di antaranya. 

Pelajaran dari Chelsea: Transisi Claudio Ranieri ke Jose Mourinho

Chelsea, yang pada awal 2000-an diasuh Claudio Ranieri, menunjukkan potensi besar tetapi kurang konsisten dalam memenangkan trofi. Meski Ranieri berhasil membangun fondasi tim yang kuat, ambisi pemilik baru Roman Abramovich mendorong perubahan di kursi pelatih.

Baca Juga: Resmi! PSSI Akhiri Kerja Sama dengan Shin Tae Yong Sebagai Pelatih Timnas Indonesia

Kedatangan Jose Mourinho pada 2004 membawa pendekatan berbeda. Dengan strategi taktis, komunikasi efektif, dan mentalitas juara, Mourinho langsung meraih dua gelar Liga Inggris berturut-turut. 

Transisi ini membuktikan bahwa kadang perubahan pelatih diperlukan untuk mengangkat tim dari level kompetitif menjadi dominan.

Timnas Indonesia menghadapi tantangan serupa. Shin Tae-yong berhasil membangun fondasi solid, terutama dengan memperkenalkan pemain muda potensial. 

Namun, ambisi PSSI untuk tampil di Piala Dunia membutuhkan sosok pelatih yang tidak hanya memahami strategi, tetapi juga mampu membawa konsistensi dan mentalitas juara.

Nasib Manchester United Pasca Sir Alex Ferguson

Sebaliknya, Manchester United memberikan contoh transisi yang gagal pasca pensiunnya Sir Alex Ferguson pada 2013 silam. 

Ferguson meninggalkan warisan tim juara, tetapi para penerusnya, mulai dari David Moyes hingga Eric ten Hag, kesulitan menjaga standar tinggi yang telah ditetapkan.

Ketidakkonsistenan strategi, pergantian pelatih yang sering, dan kurangnya visi jangka panjang membuat MU kehilangan identitas sebagai klub dominan di Inggris. Hingga saat ini, MU masih berjuang untuk kembali ke jalur juara.

Baca Juga: Tiga Nama Meneer Belanda Mencuat Jadi Kandidat Pengganti STY, Siapa Saja?

PSSI perlu belajar dari kesalahan ini. Pergantian pelatih harus didasarkan pada visi yang jelas, bukan sekadar reaksi terhadap tekanan publik atau hasil buruk sesaat. 

Pelatih baru harus memiliki pemahaman mendalam tentang dinamika Timnas, potensi pemain, serta kemampuan menerapkan strategi yang sesuai dengan ambisi besar PSSI.

Pergantian pelatih selalu membawa risiko, tetapi juga peluang. Seperti Chelsea yang sukses di era Mourinho, atau Manchester United yang masih mencari stabilitas pasca Ferguson, Timnas Indonesia berada di persimpangan sejarah.

Pelatih baru, yang rencananya diumumkan pada 12 Januari, harus mampu melanjutkan fondasi yang telah dibangun Shin sembari membawa pendekatan baru yang lebih tajam. 

Dengan dukungan penuh dari PSSI, pemain, dan masyarakat, mimpi besar tampil di Piala Dunia bukanlah sesuatu yang mustahil. Namun, tanpa transisi yang baik, Indonesia bisa terjebak dalam siklus kegagalan yang panjang seperti Manchester United.

Penulis :
Aditya Andreas