billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Pantau Haji

Ini 3 Dalil Terkait Ibadah Haji dalam Al Quran dan Hadis

Oleh Sofian Faiq
SHARE   :

Ini 3 Dalil Terkait Ibadah Haji dalam Al Quran dan Hadis
Foto: Suasana menjelang subuh di Masjidil Haram (Dok Pantau.com/Fadly Zikry/MCH 2024)

Pantau Haji - Dalil tentang haji terdapat dalam sejumlah ayat Al-Quran dan hadis. Contoh dalil haji di Al-Quran terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 196.

Berdasarkan data yang dihimpun Pantau.com dari berbagai sumber, Minggu (19/5/2024), haji memiliki hukum fardhu 'ain bagi muslim yang memenuhi syarat wajib mengadakan perjalanan ke Baitullah.

Pada hakikatnya, setiap muslim terikat kewajiban melaksanakan haji sekali seumur hidup. Ibadah haji disyariatkan pada tahun ke-10 hijriyah, meski ada juga ulama yang berpendapat tahun 9 H, tahun 6 H, atau sebelum Nabi SAW hijrah.

Namun, hukum wajib haji memiliki pengecualian. Hukum berhaji harus dijalankan oleh setiap muslim yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah di Mekkah. 

Sementara bagi yang tidak mampu berhaji dikecualikan dari kewajiban ini. Salah satu dalil wajib haji dalam Al-Quran terdapat di Surat Ali Imran ayat 97.

Dalil naqli tentang haji bisa ditemukan dalam sejumlah ayat Al-Quran. Ayat-ayat tentang haji tersebut menegaskan perintah melaksanakan ibadah haji kepada umat Islam. Berikut ini sebagian dalil tentang haji dalam Al-Quran:

Dalil perintah haji di Surat Ali Imran ayat 97

Allah subhanahu wa ta'ala telah memerintahkan haji dalam surah Ali Imran ayat 97. Ayat ini menegaskan bahwa orang yang mampu berhaji tapi justru mengingkari kewajibannya, maka peringatan dari Allah telah menanti. Allah berfirman:

فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Fīhi āyātum bayyinātum maqāmu ibrāhīm(a), wa man dakhalahū kāna āminā(n), wa lillāhi ‘alan-nāsi ḥijjul-baiti manistaṭā‘a ilaihi sabīlā(n), wa man kafara fa innallāha ganiyyun ‘anil-‘ālamīn(a)

Artinya: "Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam." (QS Ali Imran: 97).

Dalil tentang haji di surat Al Hajj ayat 27

Dalil haji selanjutnya terdapat dalam surah Al Hajj ayat 27. Ayat ini menerangkan Allah memberikan mandat kepada Nabi ibrahim agar menyeru umatnya mengerjakan ibadah haji. Allah berfirman:

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ

Wa ażżin fin-nāsi bil-ḥajji ya'tūka rijālaw wa ‘alā kulli ḍāmiriy ya'tīna min kulli fajjin ‘amīq(in)

"Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (QS Al Hajj: 27).

Dalil tentang haji di surat Al Baqarah ayat 196

Allah juga berfirman mengenai beberapa keadaan saat berhaji. Hal itu ditemukan di surat Al Baqarah ayat 196. 

Ayat ini menjelaskan kewajiban pembayaran dam (denda) bagi yang mengerjakan umrah sebelum selesai melaksanakan haji (haji tamattu', salah satu dari 3 jenis haji selain haji ifrad dan haji qiran). 

Ayat yang sama juga menerangkan sejumlah ketentuan lain dalam ibadah haji.

وَاَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّٰهِ ۗ فَاِنْ اُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ وَلَا تَحْلِقُوْا رُءُوْسَكُمْ حَتّٰى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهٗ ۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ بِهٖٓ اَذًى مِّنْ رَّأْسِهٖ فَفِدْيَةٌ مِّنْ صِيَامٍ اَوْ صَدَقَةٍ اَوْ نُسُكٍ ۚ فَاِذَآ اَمِنْتُمْ ۗ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ اِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلٰثَةِ اَيَّامٍ فِى الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ اِذَا رَجَعْتُمْ ۗ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ۗذٰلِكَ لِمَنْ لَّمْ يَكُنْ اَهْلُهٗ حَاضِرِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

Wa atimmul-ḥajja wal-‘umrata lillāh(i), fa'in uḥṣirtum famastaisara minal-hady(i), wa lā taḥliqū ru'ūsakum ḥattā yablugal-hadyu maḥillah(ū), faman kāna minkum marīḍan au bihī ażam mir ra'sihī fafidyatum min ṣiyāmin au ṣadaqatin au nusuk(in), fa'iżā amintum, faman tamatta‘a bil-‘umrati ilal-ḥajji famastaisara minal-hady(i), famal lam yajid faṣiyāmu ṡalāṡati ayyāmin fil-ḥajji wa sab‘atin iżā raja‘tum, tilka ‘asyaratun kāmilah(tun), żālika limal lam yakun ahluhū ḥāḍiril-masjidil-ḥarām(i), wattaqullāha wa‘lamū annallāha syadīdul-‘iqāb(i).

“Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Akan tetapi, jika kamu terkepung (oleh musuh), (sembelihlah) hadyu yang mudah didapat dan jangan mencukur (rambut) kepalamu sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepala (lalu dia bercukur), dia wajib berfidyah, yaitu berpuasa, bersedekah, atau berkurban. Apabila kamu dalam keadaan aman, siapa yang mengerjakan umrah sebelum haji (tamatu’), dia (wajib menyembelih) hadyu yang mudah didapat. Akan tetapi, jika tidak mendapatkannya, dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (masa) haji dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itulah sepuluh hari yang sempurna. Ketentuan itu berlaku bagi orang yang keluarganya tidak menetap di sekitar Masjidil Haram. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Keras hukuman-Nya.” (QS Al Baqarah: 196).

Penulis :
Sofian Faiq
Editor :
Fadly Zikry