
Pantau - Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, mengakui ada utang saat maju Pilkada DKI Jakarta pada 2017. Tapi utang itu dianggap selesai atau lunas, jika dia dan Sandiaga Uno memenangkan kontestasi.
Kok bisa begitu? Anies pun memberikan jawaban.
"Yang perlu digarisbawahi kenapa kalah bayar? Biasanya orang berpikir menang bayar," kata Anies saat diwawancara Youtuber Merry Riana.
Jika Menang Ada di Pemerintahan
Anies mengatakan jika dirinya kalah maka dia akan berada di luar pemerintahan. Maka dia akan mencari uang untuk mengembalikan.
"Mungkin saya bisnis, mungkin saya usaha apapun supaya mengembalikan," katanya.
Tapi jika dia menang, ia masuk pemerintahan. Dia tidak akan mencari uang di pemerintahan untuk membayar utang tersebut.
"Kalau tidak, saya harus ngumpulin uang bayar utang. Bukankah ini yang menjebak kita selama ini dengan secara macam praktik-praktik fund rising untuk biaya pilkada," kata Anies.
Tapi dalam perjanjian itu sebaliknya. Bila kalah, ia ada di luar pemerintahan dan wajib mengembalikan.
"Sah dong cari uang, sah dong punya usaha tapi begitu menang saya masuk pemerintahan malah nggak usah (diganti). Justru itulah dukungan anda untuk Jakarta yang lebih baik, membawa perubahan Jakarta," lanjutnya.
Mindset Baru
Menurut Anies, skema perjanjian utang itu adalah mindset baru. Oleh karena ada orang yang membuka maka dia menjawabnya.
"Ada dokumennya. Jadi kalau memang suatu saat itu dianggap perlu dilihat, boleh saja, wong tidak ada sesuatu yang luar biasa di situ," katanya.
Mantan Rektor Universitas Paramadina itu pun menegaskan bahwa tidak ada sebuah utang yang hari ini harus dilunasi. Karena ketika pilkadanya selesai dan ia menang maka utang itu selesai.
"Jadi, aneh ketika sekarang kita bicarakan soal ada utang yang belum selesai. Sudah selesai, karena perjanjiannya itu gini," katanya.
Ia justru berharap, pola seperti ini bisa menjadi bahan referensi untuk dipikirkan. Bahwa mendukung itu untuk perubahan, bukan mendukung sebagai investasi untuk nanti dikembalikan dalam bentuk privilege-privilege.
Kok bisa begitu? Anies pun memberikan jawaban.
"Yang perlu digarisbawahi kenapa kalah bayar? Biasanya orang berpikir menang bayar," kata Anies saat diwawancara Youtuber Merry Riana.
Jika Menang Ada di Pemerintahan
Anies mengatakan jika dirinya kalah maka dia akan berada di luar pemerintahan. Maka dia akan mencari uang untuk mengembalikan.
"Mungkin saya bisnis, mungkin saya usaha apapun supaya mengembalikan," katanya.
Tapi jika dia menang, ia masuk pemerintahan. Dia tidak akan mencari uang di pemerintahan untuk membayar utang tersebut.
"Kalau tidak, saya harus ngumpulin uang bayar utang. Bukankah ini yang menjebak kita selama ini dengan secara macam praktik-praktik fund rising untuk biaya pilkada," kata Anies.
Tapi dalam perjanjian itu sebaliknya. Bila kalah, ia ada di luar pemerintahan dan wajib mengembalikan.
"Sah dong cari uang, sah dong punya usaha tapi begitu menang saya masuk pemerintahan malah nggak usah (diganti). Justru itulah dukungan anda untuk Jakarta yang lebih baik, membawa perubahan Jakarta," lanjutnya.
Mindset Baru
Menurut Anies, skema perjanjian utang itu adalah mindset baru. Oleh karena ada orang yang membuka maka dia menjawabnya.
"Ada dokumennya. Jadi kalau memang suatu saat itu dianggap perlu dilihat, boleh saja, wong tidak ada sesuatu yang luar biasa di situ," katanya.
Mantan Rektor Universitas Paramadina itu pun menegaskan bahwa tidak ada sebuah utang yang hari ini harus dilunasi. Karena ketika pilkadanya selesai dan ia menang maka utang itu selesai.
"Jadi, aneh ketika sekarang kita bicarakan soal ada utang yang belum selesai. Sudah selesai, karena perjanjiannya itu gini," katanya.
Ia justru berharap, pola seperti ini bisa menjadi bahan referensi untuk dipikirkan. Bahwa mendukung itu untuk perubahan, bukan mendukung sebagai investasi untuk nanti dikembalikan dalam bentuk privilege-privilege.
- Penulis :
- Syahrul Ansyari