Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Begini Taktik Kementan dalam Mengendalikan Impor

Oleh Tatang Adhiwidharta
SHARE   :

Begini Taktik Kementan dalam Mengendalikan Impor

Pantau.com - Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengambil sejumlah kebijakan untuk mendukung upaya pengendalian impor serta mengamankan produksi dalam negeri dan menjaga kesejahteraan petani agar tetap berproduksi.

Sekertaris Jenderal Kementan, Momon Rusmono mengatakan, nilai impor pertanian segar pada periode Januari-September 2020 mengalami penurunan hingga 10,37 persen dari tahun sebelumnya yaitu USD6,51 miliar menjadi USD5,8.

"Secara spesifik terkait impor selama periode Januari-September 2020 sebagian besar impor mengalami penurunan diantaranya jagung volume impornya turun 15,11 persen dan ubi kayu 15,41 pesen," ujar Momon saat rapat dengar pendapat bersama Komisi IV DPR RI, Rabu, (17/11/2020).

Baca juga: Data BPS Oktober Ungkap Ekspor Sektor Pertanian Tumbuh 23,8 Persen

Lebih lanjut, Momon mengatakan ada enam stimulus kebijakan yang sudah diambil Kementan untuk semakin megendalikan impor terbatas pada komoditas tertentu yakni gandum, tepung, ubi kayu, kedelai, dan tembakau.

Diharapkan, enam kebijakan tersebut dapat dimasukan ke dalam rancangan peraturan pemerintah sebagai tindak lanjut diberlakukannya Undang-undang Cipta Kerja.

"Pertama kita akan berusaha tentang kebijakan importasi gandum, kedelai, dan tapioka dimasukan ke dalam golongan barang yang dilarang atau dibatasi (Lartas). Kemudian pengaturan tataniaga produk tanaman pangan dalam satu permentan dan pengaturan impor pangan segar melalui satu pintu K/L tentunya untuk impor prduk olahan melibatkan K/L yang terkait," katanya.

Momon menambahkan, Kementan juga akan melakukan izin impor produk pangan strategis seperti jagung, kedelai, tapioka agar bisa dilakukan melalui digitalisasi. Selanjutnya kemantan akan melakukan peninjauan kembali tarif impor gandum, tepung, ubi kayu, serta memberikan tarif bea masuk impor kedelai.

Baca juga: Meski Pandemi COVID-19, Daya Beli Petani Sulut Justru Meningkat

"Bahkan kami minta importir kedelai dan tapioka wajib menanam atau bermitra dengan petani. Kemudian besaran harga pembelan ubi kayu di tingkat petani juga diatur dalam bentuk Harga Acuan Pembelian (HAP), seperti HAP kedelai local yang sudah diatur di Permendag N. 7 tahun 2020," tutupnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statisti (BPS) mencatat ekspor pertanian sepanjang Januari-Septemer mencapai USD21,10 miliar yang terdiri dari ekspor pertanian segar sekitar USD2,34 miliar dan ekspor olahan pertanian USD18,76 miliar. Selain itu eskpor pertanian segar juga tumbuh 11,87 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, begitu juga olahan pertanian tumbuh sekitar 5,8 persen.

Adapun salah satu kesimpulan dalam rapat tersebut diantaranya adalah Komisi IV DPR RI dan Kementan secara bersama-sama akan segera menyusun rancangan peraturan pemerintah tentang pelaksanaan Undang-undang  No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja agar kebijakan ekspor-impor komoditas pertanian selalu berpihak kepada kepentingan para petani.

Penulis :
Tatang Adhiwidharta