
Pantau.com - "From Zero to Hero" bisa disematkan dalam perjalanan seorang Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman yang kini Panglima Komando Daerah Militer Jayakarta (Pangdam Jaya).
Tak ada yang menyangka seorang yang pada masa mudanya berjualan penganan pasar di lingkungan Kodam III/Siliwangi, Jawa Barat, untuk menyokong ekonomi keluarga kini menjadi pria yang memimpin Kodam Jaya/Jayakarta dengan belasan ribu personel untuk melindungi keamanan warga Ibu Kota dan sekitarnya.
Ada cerita menarik, pernah suatu ketika penjaga di Kodam III itu berganti orang. Penjaga baru itu tidak tahu kalau Dudung sering ke kantin untuk menaruh dagangan. Tiba-tiba Dudung dipanggil, lalu diinterogasi kenapa asal masuk. "Sambil dia tanya-tanya, taunya dia tendanglah bawaan saya. Dak..!," kata Dudung.
Jatuhlah bawaan Dudung. "Saat itu saya bawa klepon. Menggelindinglah 55 buah klepon yang saya bawa itu," katanya bercerita mengenang titik balik hidupnya yang saat itu ingin menjadi anggota TNI.
"Saya pikir kok begitu jadi TNI semena-mena sama rakyat. Dari situ lah saya terpacu untuk jadi perwira," kata Dudung
Lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Dudung dihadapkan pada dua pilihan antara melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi untuk menjadi insinyur atau mengejar cita-cita menjadi perwira lewat Akademi Militer (Akmil).
Baca juga: Panglima TNI Mutasi Jabatan 47 Perwira Tinggi, Ini Daftarnya
Bagi-Bagi Beras
Pangdam Jaya/Jayakarta Mayjen TNI Dudung Abdurachman (kanan) saat wawancara khusus dengan LKBN Antara di Wisma Antara, Jakarta, Selasa (27/10/2020). (Foto: Antara/Dhemas Reviyanto)
Tekadnya bulat bahwa menjadi perwira adalah jalan hidupnya. Dudung pun memutuskan untuk menempuh pendidikan di Akademi Militer.
“Saya memang senang sama tentara, sebetulnya pada saat muda itu karena kan perannya di pemikiran saya TNI itu menjaga ketahanan bangsa dan negara,” ujar Dudung.
Dudung pun akhirnya lulus dari Akademi Militer pada 1988 dari kecabangan infanteri. Tekadnya menjadi perwira yang selalu melindungi dan melayani rakyat pun semakin matang. Pria asal Bandung itu pun mengenang penugasannya yang paling berkesan pada saat menjadi Danrindam di Aceh. Kala itu kondisi masyarakat Aceh sangatlah sulit karena masih adanya konflik antara GAM dengan aparat di perbatasan.
Di masa-masa sulit itu justru Dudung berinisiatif meminta anggota pasukannya untuk berbagi sedikit kepunyaannya kepada masyarakat di wilayah itu.
“Saya bilang ke anak buah saya, kalian dapat beras 18 kilogram. Saya potong satu kilogram. Karena kamu bersisa, daripada sisanya dipotong untuk membeli rokok," katanya.
"Beras itu kamu kumpulkan, kemudian setiap kamu patroli kamu ketemu masyarakat yang membutuhkan, beras itu kamu kasihkan. Karena meski beda paham, mereka tetap rakyat kita.” ujar Dudung.
Ditangisi
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana bersama Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurahman di Jalan Medan Merdeka Barat, Selasa (20/10/2020). (Foto: Antara/Livia Kristianti)
Cerita lainnya yang berkesan dari tanah Serambi Mekah yang dialami oleh Dudung adalah caranya mengajarkan anak buah tetap bertanggung jawab meski bertugas di daerah yang memiliki tingkat konflik tinggi.
Saat itu anggotanya selalu dibekali dua setel kain kafan. "Itu saya bekali seperti itu sehingga ketika ternyata terjadi kontak dengan GAM dan yang bersangkutan meninggal dunia itu bisa diperlakukan dengan baik," katanya.
Dia minta anggotanya agar hadir mulai dari pemberian jenazah ke keluarga hingga pemakaman selesai. "Saya bilang ke mereka dengan cara pendekatan itu Insya Allah kita bisa berhasil, dan terbukti tidak ada korban,” ujar Dudung.
Ia pun berkisah berkat kekompakan dan pendekatan humanis yang dilakukan oleh batalyon yang dipimpinnya, pada saat berpisah karena masa bertugas sudah selesai warga mengiringi kepergian prajurit TNI dengan derai air mata.
“Itu pengalaman yang luar biasa bagi saya, karena hingga kita pergi itu kita ditangisi oleh masyarakat. Itu benar-benar berkesan bagi saya,” kenang Dudung.
Baca juga: MURI Berikan Penghargaan kepada Puskesad TNI, Ini Sebabnya
Tidak Jaim
Pangdam Jaya/Jayakarta Mayjen TNI Dudung Abdurachman. (Foto: Antara/Dhemas Reviyanto)
Bagi anak buahnya, Dudung tidak hanya dilihat sebagai sosok pemimpin yang karismatik namun juga sebagai sosok ayah yang selalu mengayomi dalam sebuah keluarga.
“Bagi saya selain sebagai pemimpin, beliau adalah sosok ayah. Karena selama mengenal beliau itu tidak ada jarak antara atasan dan anak buah," ujar Kolonel Inf Luqman Arief.
Dandim 0501 JP/BS itu berkata "Kita dibina, diayomi, komunikasi pun tidak ada sekat," katanya. Orangnya tidak jaim lah. "Beliau selalu berpesan agar kami jika jadi orang harus selalu berbuat baik kepada siapapun," katanya.
Meski saat ini sudah menjadi pemimpin yang sudah memiliki banyak pasukan, Dudung tetap menjaga sifatnya membumi. Ia tetap mempedomani pesan dari ibunya untuk selalu berbuat baik dan berbagi kepada sesama.
Selama menempuh pendidikan, satu hal yang menjadi kunci keberhasilan, yakni mengasihi sesama. "Berbuat baik kepada siapa saja, baik kepada kawan, atasan, nanti hasilnya baik," katanya.
Itu namanya hukum atraktif. Istilahnya, sekecil apapun kebaikan itu bisa jadi riak kebaikan-kebaikan yang tidak berujung.
Berpedoman pada prinsip menabur kebaikannya itulah maka Dudung tak pernah absen melibatkan anak buah dan kepentingan rakyat jika harus membuat kebijakan ataupun keputusan. Pendekatannya yang humanis itu hingga kini dipertahankan Dudung dalam setiap langkah kepemimpinannya.
rn- Penulis :
- Widji Ananta