
Pantau - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh meminta umat Islam untuk saling menghormati dalam menyikapi potensi perbedaan penetapan Idul Fitri 2023.
"Mengingat untuk tahun ini hilal berada dalam ketinggian yang berada dalam wilayah perbedaan pendapat, maka dipastikan akan terjadi perbedaan waktu penetapan hari raya Idul Fitri," ujar Asrorun Niam, Kamis (20/4/2023).
"Karena itu perlu ada semangat saling menghormati atas terjadinya perbedaan tersebut," lanjutnya.
Niam mengatakan penentuan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijah merupakan wilayah ijtihadiyah yang membuka kemungkinan terjadinya perbedaan di kalangan ahli fikih.
Baca Juga: Sama dengan Muhammadiyah, Ponpes Gontor Gelar Idul Fitri 21 April 2023
Secara keilmuan, lanjutnya, memang dimungkinkan terjadinya perbedaan. Terjadinya perbedaan pendapat pada masalah yang berada dalam wilayah terjadinya perbedaan harus mengedepankan toleransi.
"Karena itu perlu ada semangat saling menghormati atas terjadinya perbedaan tersebut," kata dia.
Menurutnya, perbedaan yang didasarkan pada pertimbangan ilmu akan melahirkan kesepahaman, bukan pertentangan dan permusuhan.
Karena itu, beragama perlu dengan ilmu sehingga muncul semangat harmoni dan kebersamaan.
Baca Juga: Warga Muhammadiyah, Cek Lokasi Salat Idul Fitri 21 April di Kota Bekasi Ini
Niam mengatakan, bagi yang berpatokan pada kriteria hisab hakiki, Idul Fitri jatuh pada Jumat (21/4), maka pada hari itu melaksanakan salat Idul Fitri dan tidak berpuasa.
Sementara bagi yang menggunakan kriteria rukyatul hilal ketinggian hilal 3 derajat, maka harus menunggu hingga hasil sidang isbat.
"Bagi yang meyakini serta mengikuti pandangan bahwa Idul Fitri jatuh hari Sabtu, maka pelaksanaan salat Idul Fitri dilaksanakan pada Sabtu. Sedangkan di hari Jumat masih wajib berpuasa," tandasnya.
"Mengingat untuk tahun ini hilal berada dalam ketinggian yang berada dalam wilayah perbedaan pendapat, maka dipastikan akan terjadi perbedaan waktu penetapan hari raya Idul Fitri," ujar Asrorun Niam, Kamis (20/4/2023).
"Karena itu perlu ada semangat saling menghormati atas terjadinya perbedaan tersebut," lanjutnya.
Niam mengatakan penentuan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijah merupakan wilayah ijtihadiyah yang membuka kemungkinan terjadinya perbedaan di kalangan ahli fikih.
Baca Juga: Sama dengan Muhammadiyah, Ponpes Gontor Gelar Idul Fitri 21 April 2023
Secara keilmuan, lanjutnya, memang dimungkinkan terjadinya perbedaan. Terjadinya perbedaan pendapat pada masalah yang berada dalam wilayah terjadinya perbedaan harus mengedepankan toleransi.
"Karena itu perlu ada semangat saling menghormati atas terjadinya perbedaan tersebut," kata dia.
Menurutnya, perbedaan yang didasarkan pada pertimbangan ilmu akan melahirkan kesepahaman, bukan pertentangan dan permusuhan.
Karena itu, beragama perlu dengan ilmu sehingga muncul semangat harmoni dan kebersamaan.
Baca Juga: Warga Muhammadiyah, Cek Lokasi Salat Idul Fitri 21 April di Kota Bekasi Ini
Niam mengatakan, bagi yang berpatokan pada kriteria hisab hakiki, Idul Fitri jatuh pada Jumat (21/4), maka pada hari itu melaksanakan salat Idul Fitri dan tidak berpuasa.
Sementara bagi yang menggunakan kriteria rukyatul hilal ketinggian hilal 3 derajat, maka harus menunggu hingga hasil sidang isbat.
"Bagi yang meyakini serta mengikuti pandangan bahwa Idul Fitri jatuh hari Sabtu, maka pelaksanaan salat Idul Fitri dilaksanakan pada Sabtu. Sedangkan di hari Jumat masih wajib berpuasa," tandasnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas