
Pantau.com - 21 orang tercetat meregang nyawa akibat serangan bom ganda saat misa Minggu di gereja Filipina Selatan. Peristiwa itu terjadi enam hari setelah referendumuntuk penduduk mayoritas Muslim.
Pengeboman itu juga melukai 81 orang, dan menjadi salah satu serangan paling maut dalam beberapa tahun belakangan ini di wilayah itu.
Bom Gereja Tewaskan 21 Orang di Filipina, Pemerintah Murka
Bom pertama meledak di dalam katedral di Pulau Jolo, di Provinsi Sulu, disusul dengan ledakan kedua di luar gereja. Bom kedua meledak ketika pasukan keamanan bergegas mendatangi lokasi kejadian, kata beberapa pejabat.
"Musuh-musuh negara dengan beraninya menantang kemampuan pemerintah dalam memberikan pengamanan bagi warga di wilayah itu," kata Salvador Panelo, juru bicara Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu namun kepolisian curiga bahwa pengeboman dilakukan oleh Abu Sayyaf, kelompok militan yang telah menyatakan setia kepada ISIS serta kerap melakukan pengeboman dan kebrutalan.
"Mereka ingin unjuk kekuatan dan menabur kekacauan," kata Kepala Kepolisian Nasional Oscar Albayalde kepada radio DZMM. Ia mencurigai Abu Sayyaf sebagai tersangka utama.
Baca juga: WNI yang Disandera Abu Sayyaf Akhirnya Dibebaskan
Jolo merupakan benteng Abu Sayyaf. Mereka kerap melancarkan perompakan serta penculikan yang sulit ditangani oleh pemerintah.
Kelompok yang beroperasi di perairan dan kepulauan Mindano barat itu telah memancung beberapa warga asing yang mereka sandera ketika uang tebusan yang mereka tuntut tak dipenuhi.
Serangan pada Minggu itu terjadi setelah muncul pengumuman pada Jumat bahwa wilayah itu telah meratifikasi pembentukan daerah otonomi yang disebut Bangsamoro, dengan dukungan 85 suara pemilih.
Kendati Sulu menolak otonomi, wilayah itu akan tetap menjadi bagian dari entitas baru ketika wilayah otonomi khusus terbentuk secara penuh pada 2022.
- Penulis :
- Widji Ananta