
Pantau.com - Banyak pengamat menyebutkan Indonesia adalah negeri yang kaya akan sumber daya alamnya. Tak hanya emas, negara yang sebentar lagi akan ulang tahun ke 75 ini juga digadang-gadang kaya akan minyaknya.
Bahkan sobat Pantau mungkin sering mendengar kata-kata 'cangkul tanah di Kalimantan bisa langsung dapat batu bara'. Tapi, tak semudah seperti kamu 'like' dan 'comment' di sosial media, karena untuk mencari sumber minyak di Indonesia butuh waktu yang cukup panjang.
Eksplorasi atau pencarian sumber minyak dan gas sampai saat ini masih terus dilakukan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Biar sobat tak salah kutip, data WoodMackenzie sudah disebutkan bahwa sejak era 2000-an, dengan ukuran temuan cadangan 10 juta barel setara minyak (million barrel oil equivalent/MMboe), diperlukan waktu yang ditempuh untuk mencari sumber baru dan mencapai produksi pertama sekitar 7 tahun untuk wilayah kerja migas di darat.
Baca juga: Baca Nih! Buat Kamu yang Suka Ragu Dengan Kualitas BBM di Indonesia
Lama kan? 7 tahun bukan waktu yang singkat lho.
Bahkan, data dari SKK Migas pun menyebutkan bahwa butuh waktu 1 hingga 2 tahun mulai dari survei seismik yakni aktivitas pencarian sumber daya alam dan mineral yang ada di bawah permukaan bumi dengan menggunakan gelombang seismik.
Ingat ya, 1-2 tahun itu tergantung kondisi lapangan lho. Makanya butuh waktu yang panjang bagi pejuang energi untuk mencari sumber migas baru.
Beberapa unggahan SKK Migas di akun Instagramnya juga ada yang membuat sobat Pantau baper tentunya. Saat kita bisa makan ketupat Lebaran dengan keluarga, mereka justru masih bertugas dengan seragam mereka dan jauh dari keluarga.
Baca juga: Duh Millenials Ada yang Salah Tebak! Ternyata SKK Migas Bukan BUMN Lho
Bekerja di industri pertambangan berarti harus rela tinggal berjauhan dengan keluarga dan anak. Tidak semua karyawan bidang pertambangan bisa bekerja di Jakarta atau kota-kota besar di Indonesia lainnya, mayoritas dari mereka biasanya ditempatkan di kawasan terpencil alias di lokasi tambang, bahkan di tengah laut lepas.
Mereka baru bertemu dengan keluarga saat cuti datang, dan setelah itu kembali ke tempat kerjanya selama berbulan-bulan.
Tak hanya meriang karena merindukan kasih sayang keluarga, merek juga memiliki risiko keselamatan. Minyak dan gas yang diangkat ke permukaan bumi memiliki tekanan yang sangat tinggi dan mudah terbakar sehingga risiko yang dialami karyawan juga cukup tinggi. Ini juga merupakan alasan mengapa profesi-profesi di bidang pertambangan digaji cukup tinggi.
Baca juga: Blak-blakan Cerita Mantan Kepala SKK Migas: Gaji Gede Hingga Risiko
Cadangan Minyak Indonesia Habis di tahun 2030
Pihak Badana Usaha Milik Negara (BUMN) PT Pertamina juga pernah memperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia habis di tahun 2030. Angka itu disesuaikan dengan cadangan minyak saat ini hanya sekitar 3,3 miliar barel.
Sementara yang menggunakan ojek online dan mobil pribadi semakin banyak. Hingga hitungannya konsumsi BBM itu kurang lebih 1,6 juta barel per hari. Bahkan, Sumatera Bagian Utara sendiri, konsumsi BBM pada 2018 meningkat sebesar 3,5 persen dibanding 2017.
Kalau sudah seperti ini, sobat Pantau mau move on ke kendaraan umum untuk bantu cadangan minyak RI atau masih suka klik ojek online untuk ke kantor nih?
- Penulis :
- Nani Suherni