billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Geopolitik

Merasa Terancam Invasi Rusia, Ukraina Berlakukan 30 Hari Darurat Militer

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Merasa Terancam Invasi Rusia, Ukraina Berlakukan 30 Hari Darurat Militer

Pantau.com - Ukraina memberlakukan darurat militer selama 30 hari, setelah Presiden Petro Poroshenko memperingatkan ancaman serius dan rentan diserang Rusia melalui serbuan darat.

Poronshenko mengatakan, darurat militer perlu diambil guna mendukung pertahanan Ukraina setalah Rusia menahan tiga kapal AL Ukraina dan awak kapal dijadikan tawanan pada Senin (26 November 2018).

Menanggapi hal tersebut, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan tidak senang terhadap apa yang terjadi antara Rusia dan Ukraina dan akan melakukan koordinasi dengan para pemimpin Eropa mengenai masalah tersebut.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebutkan bahwa penguasaan kapal-kapal Ukraina oleh Rusia merupakan eskalasi berbahaya dan pelanggaran hukum internasional. Ia juga menyerukan kedua pihak untuk menahan diri.

"Amerika Serikat mengutuk aksi agresif Rusia. Kami menyerukan Rusia mengembalikan kapal-kapal itu dan para awak yang ditahan kepada Ukraina dan menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina," kata Pompeo dalam pernyataan.

Baca juga: Dianggap Langgar Perbatasan Rusia Tembak dan Tahan 3 Kapal AL Ukraina

Departemen Luar Negeri AS mengatakan memberikan dukungan kuat Amerika Serikat bagi kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.

Parlemen Ukraina menyetujui pemberlakukan darurat militer setelah Poroshenko menjamin sejumlah anggota perlemen yang skeptis bahwa hal itu bukan untuk mengekang kebebasan sipil atau menunda pemilihan yang dijadwalkan berlangsung tahun depan.

Hal tersebut terjadi ketika Ukraina dan Rusia saling tuding mengenai kebuntuan pada Minggu (25 November 2018) dan para sekutu Kiev turut mengutuk perilaku Moskow.

Dengan hubungan yang belum membaik setelah pencaplokan Krimea dari Ukraina oleh Rusia pada tahun 2014 dan dukungannya bagi pemberontakan pro-Moskow di bagian timur Ukraina, krisis itu berisiko membawa kedua negara tersebut terlibat dalam konflik terbuka.

"Rusia telah melancarkan perang hibrida terhadap negara kami selama tahun kelima. Tapi dengan serangan terhadap kapal-kapal militer Ukraina, negara itu beralih melakukan agresi baru," kata Poroshenko.

Baca juga: Di Tengah Ketegangan Rusia-Ukraina, Pesawat Mata-mata AS Masuki Wilayah Laut Hitam

Dalam pembicaraan melalui sambungan telepon dengan Poroshenko, Sekretrais Jenderal NATO Jenderal Jens Stoltenberg menawarkan dukungan penuh bagi integritas dan kedaulatan Ukraina dari aliansi tersebut. Ukraina bukan anggota NATO, namun tetap menginginkan sebagai anggotanya.

Penulis :
Noor Pratiwi