
Pantau.com - Venezule kembali bergejolak, nilai tukar Bolevar anjlok dan mulai ditinggal penduduknya. Padahal negara ini adalah penghasil minyak terbanyak di dunia.
Dikutip dari BBC, sejumlah negara telah mengatakan mereka tidak akan mengakui pemerintahan baru, di antaranya Brasil, Kanada, Chile dan Panama.
Tetapi yang dapat benar-benar menghentikan langkah pemerintah Venezuela kemungkinan besar adalah sanksi Amerika Serikat terhadap industri minyak Venezuela.
Baca juga: Meksiko Desak Blok Regional Tak Campuri Internal Venezuela
AS menyatakan pemilu Venezuela sebagai sebuah "penipuan", sehingga kemungkinan hal ini akan segera terjadi. Beberapa ahli melihat apa yang telah dilakukan oleh pemerintah-pemerintah negara terdampak masih belum signifikan. "Pemerintah negara-negara tersebut sangat berharap bantuan dari AS dan donor-donor lainnya," kata Geoff Ramsey.
Tahun 2012, Venezuela sebagai salah satu negara Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC), punya cadangan minyak sebanyak 296,5 miliar barel, berdasarkan data statistik World Energy. Dibuntuti oleh Arab Saudi dengan cadangan 265,4 miliar barel.
Rupanya kehancuran mulai terjadi pada masa pemerintahan Presiden Hugo Chavez, dimana ia sanggup menggenjot produksi minyak Venezuela hingga dua kali lipat, mencapai 6 juta barel per hari di 2019.
Baca juga: Wow! Ini Cerita WNI Habiskan 1,7 Miliar Bolivar untuk Makan Siang di Venezuela
Saat terpilih untuk kedua kalinya di 2006, Chavez sudah menasionalisasikan aset-aset minyak, baja, semen dan perbankan. Hal ini sangat merugikan sektor swasta, sehingga membuat investor asing menjauh.
Di bawah kepemimpinan Chavez, produksi minyak nasional Venezuela pun stagnan. Investasi baru yang dilakukan BUMN minyak setempat, PDVSA, hanya US$ 11 miliar atau 9 persen dari omzet yang diraihnya.
Angka itu jauh lebih kecil dari salah salah satu BUMN migas Meksiko, Pemex, yang sudah menginvestasikan US$ 19 miliar atau sekitar 17 persen dari omzetnya. Sementara Petrobras milik Brazil menghabiskan US$ 42 miliar (29 persen) pada periode yang sama.
- Penulis :
- Nani Suherni