
Pantau - Pemerintah Venezuela di bawah Presiden terpilih Nicolas Maduro membebaskan 103 tahanan yang dipenjara pascapemilu pada Juli 2024 yang dituding oposisi sebagai hasil kecurangan.
Mengutip Al Jazeera, Jumat (13/12/2024), Menteri Keamanan Warga, Diosdado Cabello mengumumkan pembebasan itu dalam pernyataan tertulis pada Kamis (12/12/2024).
Dijelaskannya, Maduro telah menginstruksikan pemerintah untuk meninjau “semua kasus yang melibatkan kekerasan dan kejahatan dalam kerangka Pemilu.”
Sebanyak 103 tahanan dibebaskan dalam periode 72 jam sejak Selasa (10/12/2024) hingga Kamis (12/12/2024).
Layanan keamanan menyebut pembebasan itu melengkapi “langkah pencegahan” yang sebelumnya membebaskan 225 tahanan pada 26 November 2024 dengan syarat wajib lapor ke pengadilan setiap 30 hari, menurut kantor kejaksaan.
Meski ada pembebasan ini, pemerintah menolak tuntutan oposisi dan pemimpin regional untuk merilis data validasi kemenangan Maduro.
Pada 28 Juli 2024, otoritas Pemilu Venezuela mendeklarasikan Maduro sebagai pemenang masa jabatan ketiga meski jajak pendapat menunjukkan kekalahan telak dari pemimpin oposisi Edmundo Gonzalez.
Namun, kritik mencuat lantaran pejabat di sejumlah wilayah penting menolak merilis hasil hitung suara manual, prosedur standar dalam Pemilu Venezuela.
Ribuan demonstran turun ke jalan di sejumlah kota seperti Caracas, dan oposisi mempublikasikan data yang mereka klaim menunjukkan Gonzalez menang telak.
Baca juga:
- Konflik Memanas, Pemerintah Venezuela Ancam Tangkap Capres Oposisi
- Tok! Mahkamah Agung Sahkan Kemenangan Maduro di Pilpres Venezuela
Namun, otoritas Pemilu dan Mahkamah Agung (MA) Venezuela--yang dituding didominasi loyalis Maduro--mengesahkan kemenangannya. Pemerintah merespons protes tersebut dengan tindakan keras.
Bentrokan dengan aparat keamanan mengakibatkan 28 orang tewas dan 200-an korban terluka, sementara sekitar 2.000 orang ditangkap, menurut data pemerintah.
Oposisi menghadapi tekanan terus-menerus, termasuk penangkapan dan diskualifikasi kandidat sejak sebelum Pemilu. Awal pekan ini, partai oposisi Vente Venezuela mengungkapkan tiga pemimpin regional mereka ditahan. Edmundo Gonzalez kabur ke Spanyol pada September 2024 dan mendapat suaka.
“Keberangkatan saya dari Caracas penuh dengan tekanan, pemaksaan, dan ancaman,” katanya.
Beberapa tokoh oposisi juga mencari perlindungan di Kedutaan Besar (Kedubes) Argentina di Caracas setelah surat perintah penangkapan diterbitkan pascapemilu.
Pemerintah Argentina kembali menuduh pemerintah Maduro melakukan pelecehan terhadap kelompok oposisi yang berlindung di dalam Kedubes Argentina, termasuk empat pria dan dua wanita.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Argentina, Gerardo Werhein mengatakan kepada Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) bahwa pemerintah Venezuela telah “menolak pemberian jalur aman bagi keberangkatan mereka dan melakukan tindakan pelecehan yang sepenuhnya tidak dapat diterima.”
“Para pencari suaka mengalami pemutusan air, gangguan listrik, pembatasan pasokan makanan, dan pengawasan ketat oleh pasukan keamanan di sekitar kedutaan," imbuhnya.
Kedutaan dan konsulat adalah ruang yang dilindungi hukum internasional, di mana aparat setempat dilarang memasuki area tersebut tanpa izin terlebih dahulu.
- Penulis :
- Khalied Malvino