
Pantau.com - Masifnya penggunaan media sosial di masyarakat, menjadi salah satu faktor penyebaran informasi hoax makin cepat. Jika diibaratkan, berita bohong atau hoax datang seperti air bah yang mengisi satu ember kecil. Deras, melebihi kapasitas, dan mengkhawatirkan.
"Kebayang kan banyak banget. Tapi kita gak bisa cuma mengandalkan pemerintah buat kendalikan hoax. Perlu kita juga, masyarakat sebagai filter," kata jurnalis senior Prita Laura saat mengisi acara seminar Jurnalistik Swara Unsada 2018 di Universitas Darma Persada, Jakarta Timur, Senin (26/11/2018).
Baca juga: Termakan Hoax! 128 Orang Terlantar Akibat Lowongan Kerja PT KAI
Karenanya perlu rumus khusus untuk menyikapi berita hoax. Prita mengatakan punya rumus khusus yang ia singkat menjadi 'VIM' untuk terhindar dari informasi hoax.
Rumus VIM yang ia maksud merupakan singkatan dari Verifikasi, Impact (dampak), dan Motif.
"Verifikasi. Cara verifikasi gampang, searching aja. Tapi dari portal berita yang kredibel," jelas Prita.
"Impact. Kira-kira kalau saya share berita ini dampaknya apa ya? Itu dipikirin. Terakhir motif. Apa sih motif saya nyebarin ini? Apa karena gak suka atau apa?" tambah Prita.
Baca juga: Polda Metro Jaya Limpahkan Berkas Perkara Hoax Ratna Sarumpaet ke Kejaksaan, Ini Datanya
Menurut Prita, informasi hoax sulit dihentikan karena kerap terus-menerus disebar ulang. Namun kebanyakan seseorang tak sadar telah menyebarkan informasi hoax. Lingkungan juga menjadi salah satu faktor terbesar dalam seseorang memercayai hoax. Karena itu Prita mengingatkan perlunya melakukan verifikasi informasi.
"Ada beberapa orang yang memang karena pengaruh lingkungan sudah kuat sampai dia meyakini hoax. Itu yang bahaya di Indonesia," ucapnya.
- Penulis :
- Adryan N