Pantau.com - Indonesia memiliki sejarah krisis ekonomi 10 tahunan. Krisis tersebut tentu mengacu kepada compang-campingnya ekonomi Indonesia pada tahun 1998. Diperparah, dengan gejolak politik yang panas.
Sebelumnya, krisis itu diawali pada tahun 1960 pasca kemerdekaan. Kemudian dilanjutkan pada tahun 1980. Tahun 2018, merupakan waktu siklus tersebut akan terjadi.
Namun Mantan Wakil Presiden yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan, Boediono mengaku tidak mempercayai adanya siklus krisis 10 tahunan tersebut. "Kalau 10 tahunan saya tidak percaya," ujarnya saat diskusi usai peluncuran buku Laporan Perekonomian Indonesia 2017, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (28/3/2018).
Baca juga: Ini Dia 5 Tantangan Ekonomi Domestik Versi Bank Indonesia
Ia menambahkan, krisis terjadi bukan terkait waktu namun bergantung pada sistem. Karena itu, sambung Boediono, pemerintah harus memperhatikan secara sistemik bukan berdasarkan waktu.
"Tapi kalau saya pikir lihat saja indikatornya. Kalau 2018 terjadi krisis, itu bukan karena 10 tahunan. Itu perilaku manusia, bukan perilaku alam. Ke depan, barangkali kalau terjadi risiko perhatikan sistemiknya," paparnya.
Baca juga: Gubernur BI: Ini Tiga Momentum Penting Pemulihan Ekonomi Indonesia
Lebih jauh, pria berusia 75 tahun itu menilai, bila krisis dipercayai berdasarkan siklus waktu akan mempengaruhi psikologis. "Karena begitu dilepas (anggapan krisis) itu seperti kreasi berantai, nggak bisa kita stop lagi karena masalahnya psikologis," paparnya.
"Ini penting kedepan, karena sosmed sekarang luar biasa. masalah sosmed juga akan memengaruhi policy dari bank sentral kita."
Seperti diketahui 'mitos' siklus krisis 10 tahunan dinilai ditidak ada indikatornya. Karena beberapa krisis yang terjadi disebabkan oleh indikator yang beragam.
- Penulis :
- Widji Ananta
