
Pantau.com - Malaysia meyakini hubungan dwipihaknya dengan China akan tetap baik, menyusul kebijakan Perdana Menteri Mahathir Mohamad mengkaji ulang sejumlah perjanjian pembangunan prasarana Malaysia dan China.
Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah dalam kuliah umum di Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS) mengakui bahwa kedua negara sedang menghadapi masalah terkait perjanjian niaga, yang ditandatangani sebelumnya oleh mantan Perdana Menteri Najib Razak.
"Tetapi, sikap kami tetap. Kami ingin tetap melanjutkan hubungan baik dengan China, bahkan meningkatkannya," kata Saifuddin.
Baca juga: Saat Hujat Trump, Captain America Harus Sadar Ada di Mana
Pemerintah Malaysia mengkaji kembali proyek besar yang ditandatangani Najib, untuk memotong utang nasional negara tersebut. Diprediksi, utang tersebut mencapai USD250 miliar.
Tiga proyek terbesar, yang didukung China, termasuk pembangunan jalur kereta api dan dua pipa gas senilai lebih dari 22 miliar dolar AS, ditangguhkan.
Mahathir mengirim utusan khusus, mantan Menteri Keuangan Malaysia Daim Zainuddin, untuk bertemu dengan Perdana Menteri China Li Keqiang dan Menlu China Wang Yi beberapa waktu lalu untuk menyampaikan kebijakan tersebut.
Baca juga: Tengok Wanita Cantik Ini, Ia Kini Diincar Timur Tengah dan Filipina
Mahathir pun mengumumkan rencana kunjungannya ke Beijing pada 17 Agustus 2018 untuk secara khas membahas masalah itu, termasuk persyaratan kerja sama, yang dinilai tidak adil atas beberapa proyek besar, yang ditandatangani Najib.
Politikus kawakan berusia 92 tahun itu juga menyatakan rencananya menaikkan suku bunga tinggi pada pinjaman Cina, yang digunakan untuk membiayai proyek tersebut.
"Bisa dipastikan akan ada pembahasan lanjutan untuk menangani persoalan itu. Tetapi, China dan Malaysia punya sejarah panjang kerja sama. Kami tidak bisa membiarkan dua sampai empat proyek bermasalah itu memengaruhi hubungan kedua negara itu," demikian Saifuddin.
- Penulis :
- Widji Ananta