
Pantau - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mewanti-wanti cita-cita generasi atau Indonesia emas 2045 dan bonus demografi bakal menjadi isapan jempol. Biang keroknya adalah anak-anak dan remaja yang gandrung dengan Minuman Berpemanis dalam Kemasan alias MBDK.
Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI mengungkapkan, berdasarkan survei YLKI di 10 kota Indonesia, jumlah kasus penyakit tidak menular, salah satunya diabetes menunjukkan kenaikan sangat signifikan, terutama menyerang anak-anak dan remaja.
“Itu terjadi karena gaya hidup yang gemar mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan. Ini salah satu alasan saja, hasilnya memang sangat mencengangkan,” kata Tulus dalam jumpa pers ‘Hasil Survei di 10 Kota soal Konsumsi Minuman Berpemanis Kemasan’ dipantau secara daring di Jakarta, Senin (11/12/2023).
Pada 2019, Kementerian Keuangan dan Kementerian Kesehatan mengkaji aturan cukai MBDK untuk menekan laju konsumsi gula berlebih yang dapat menyebabkan diabetes dan prevalensi penyakit tidak menular yang mematikan tersebut.
Untuk itu, ia mendesak pemerintah untuk tidak ambigu dalam mengimplementasikan cukai MBDK demi melindungi konsumen.
“Cukai menjadikan harga jadi mahal sehingga konsumen tidak gampang beli. Cukai jadi pengendali utama. YLKI meminta dengan sangat pemerintah concern dan konsisten pada masalah ini. Mengatasi prevalensi harus fokus pada pengendalian konsumsi gula dengan memberikan cukai yang memadai,” papar dia.
Lebih jauh Tulus meminta pasangan Capres-Cawapres juga fokus pada pengendalian penyakit tidak menular ini. “Bagaimana mau menuju generasi emas 2045, kalau akar persoalan tidak diselesaikan, tingginya konsumsi berpenanis, tingginya jumlah perokok,” timpal dia.
Ia juga menyinggung salah satu pasangan Capres-Cawapres yang bagi-bagi susu. Menurutnya, hal itu tidak akan menyelesaikan persoalan, apalagi susunya mengandung kadar gula yang tinggi.
“Seharusnya, masalah diatasi dengan instrumen pengendalian konsumsi gula dan rokok. Jika tidak, ini mustahil dapat meraih generasi emas atau dapat bonus demografi, yang notabene sakit-sakitan," tukasnya.
Salah satu tim surveyor YLKI Ainul Huda memperkirakan, jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 atau DM tipe 2 telah mencapai 19,5 juta orang. Peningkatan, bahkan terjadi 2 kali lipat terhadap kasus DM tipe 2 yang diderita oleh usia muda. “Penyebab utamanya adalah obesitas,” ujarnya.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) 2018 menunjukkan 30 dari 10 populasi di Indonesia sudah mengalami obesitas. Kemudian, tingginya konsumsi gula penduduk Indonesia, menempati posisi tertinggi nomor tiga di Asean pada 2022.
“Artinya, 5,5 persen penduduk mengonsumsi lebih dari 50 gram per hari,” ungkap Ainul.
Hasil survei YLKI menunjukkan, 25,9 persen anak usia di bawah 17 tahun mengonsumsi MBDK setiap hari. Sebanyak 31,6 persen mengonsumsi 2 hingga 6 kali dalam sepekan.
“Temuan ini menjadi konfirmasi tingkat prevalensi diabetes pada anak-anak cukup tinggi dan mengkhawatirkan,” imbuhnya.
- Penulis :
- Ahmad Munjin
- Editor :
- Ahmad Munjin