Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Fenomena "Diabesity" Ancam Asia-Pasifik, Indonesia Masuk Daftar Negara dengan Penderita Diabetes Tertinggi

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Fenomena "Diabesity" Ancam Asia-Pasifik, Indonesia Masuk Daftar Negara dengan Penderita Diabetes Tertinggi
Foto: (Sumber: Ilustrasi seseorang memiliki lemak perut berlebihan. ANTARA/HO-Pexels/Andres Ayrton)

Pantau - Kombinasi antara obesitas dan diabetes yang dikenal dengan istilah diabesity kini menjadi ancaman kesehatan serius di kawasan Asia-Pasifik, termasuk Indonesia, seiring meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular akibat perubahan gaya hidup masyarakat.

Indonesia Alami Lonjakan Kasus Diabetes

Data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2024 mencatat sekitar 20,4 juta penduduk Indonesia hidup dengan diabetes, atau setara 11,3 persen dari populasi dewasa.

Angka ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia, bahkan melebihi rata-rata negara-negara di Asia Tenggara.

Dr. Alex Teo dari Asia Pacific Herbalife menyebut bahwa penyebab utama lonjakan kasus ini adalah urbanisasi yang pesat, stres, kurangnya aktivitas fisik, serta konsumsi makanan tinggi gula dan lemak.

Gaya hidup modern dengan jam kerja panjang dan kemudahan akses terhadap makanan cepat saji menyebabkan konsumsi kalori berlebih tanpa disadari.

Kondisi tersebut mempercepat resistensi insulin yang menjadi pemicu utama diabetes tipe 2.

Risiko Tersembunyi dan Upaya Pencegahan

Dr. Teo juga mengingatkan bahwa tidak semua penderita diabetes terlihat gemuk secara fisik.

"Seseorang bisa terlihat kurus namun menyimpan lemak tinggi di dalam tubuh atau dikenal dengan istilah TOFI (thin outside, fat inside), kondisi yang umum pada masyarakat Asia dan berisiko tinggi terkena diabetes tanpa gejala awal," ungkapnya.

Untuk mengendalikan diabesity, para ahli menekankan pentingnya perubahan gaya hidup, mulai dari pola makan sehat hingga olahraga teratur.

"Pilihan kecil yang dilakukan setiap hari, seperti mengurangi minuman manis atau menambah asupan sayur dan buah, dapat menurunkan risiko diabetes secara signifikan," ujarnya.

Aktivitas fisik minimal 150 menit per minggu, tidur yang cukup, serta manajemen stres melalui meditasi atau teknik pernapasan dalam turut membantu menjaga kestabilan kadar gula darah.

"Menjaga kesehatan di tengah kesibukan memang menantang, tetapi perubahan kecil yang konsisten serta deteksi dini adalah kunci mencegah diabetes dan komplikasinya," ia mengungkapkan.

Para pakar memandang diabesity sebagai tantangan besar bagi sistem kesehatan di Asia-Pasifik karena peningkatan beban ekonomi dan sosial akibat penyakit tidak menular yang terus berkembang.

Seruan pun disampaikan agar masyarakat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola hidup sehat dan pemeriksaan kadar gula darah secara berkala.

Penulis :
Aditya Yohan