
Pantau - Pelemahan nilai tukar rupiah hingga angka Rp16.412 per dollar AS pada penutupan perdagangan Jumat (14/6/2024) dinilai sebagai fenomena sesaat.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengaku optimis, nilai tukar rupiah tidak akan mencapai level Rp16.500 per dollar AS atau bahkan Rp17.000 per dollar AS.
"Kemungkinan besar ke depannya ini masih pergerakan sesaat atau fenomena sesaat pelemahan ini, dalam artian belum akan terus berlanjut ya sampai lebih dari Rp16.500 atau tidak akan sampai melemah sampai Rp17.000," kata Faisal pada Minggu (16/6).
Faisal menjelaskan bahwa penyebab utama pelemahan rupiah ini adalah faktor global, khususnya keputusan Federal Reserve yang belum menurunkan suku bunga acuan Amerika Serikat pada paruh kedua tahun ini.
"Sepertinya akan paling cepat akan dilakukan di akhir tahun, itu jadinya ini kemudian memberikan tekanan kepada mata uang negara-negara emerging market, termasuk Indonesia," jelasnya.
Di dalam negeri, Faisal yakin Bank Indonesia (BI) akan melakukan berbagai langkah intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Baik dengan menggelontorkan cadangan devisa maupun juga kebijakan yang lain," imbuhnya.
Meski fenomena ini bersifat sesaat, Faisal mengakui bahwa pelemahan rupiah tetap akan berdampak pada berbagai sektor usaha, terutama yang mengandalkan bahan baku atau penolong impor.
"Akan membuat barang-barang impor menjadi lebih mahal, artinya akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi bagi konsumen di dalam negeri yang membeli barang impor baik barang jadi maupun juga bagi industri yang mengimpor bahan baku khususnya dari luar negeri," tutupnya.
- Penulis :
- Aditya Andreas
- Editor :
- Muhammad Rodhi