
Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam satu pekan terakhir mengalami koreksi sebesar -2,46% (-189) ke level 7.505 karena beberapa sentimen.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi menyebutkan ada 4 sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG pekan lalu, yakni lambatnya pertumbuhan ekonomi AS, kembali ekspansifnya manufaktur China, PCE AS di bulan September 2024 dan melambatkan ekonomi domestik.
Pertama, terkait lambatnya pertumbuhan ekonomi AS, terang Imam, AS merilis data pertumbuhan ekonominya (GDP) untuk kuartal III tahun 2024 yang mana hasilnya GDP tumbuh 2,8% (yoy) (advance estimate) lebih rendah dari kuartal II 3% (yoy).
Baca juga: Inilah Saham-Saham Pilihan Jumat, 1 November 2024
"Melambatnya pertumbuhan ekonomi AS ini juga tercermin dari rilisnya kinerja beberapa perusahaan yang berada di bawah ekspektasi pasar. Dari sisi lain sebenarnya melambatnya pertumbuhan ekonomi ini dapat meningkatkan probabilitas The Fed untuk memangkas suku bunganya lebih besar lagi," tegasnya.
Kedua, kembali ekspansifnya manufaktur China, dimana pada Kamis lalu NBS baru saja merilis data PMI Manufaktur untuk bulan Oktober 2024, hasilnya PMI Manufaktur China kembali ke level ekspansifnya di 50,1 poin, membaik dari periode sebelumnya di bulan September 2024 di 49,8%.
Menurut Imam, kembali ekspansifnya industri manufaktur China ini menggambarkan bahwa industri manufaktur China menyambut positif stimulus yang dilakukan oleh pemerintah dan PBoC.
Baca juga: Inilah Saham-Saham Pilihan Kamis, 31 Oktober 2024
Ketiga, PCE AS di bulan September 2024, dimana AS juga kemarin merilis data PCE nya, di mana PCE AS untuk bulan September 2024 turun ke 2,1% (yoy) lebih rendah dari periode sebelumnya di bulan Agustus 2024 sebesar 2,3% (yoy). Angka penurunan semakin mendekati target The Fed di 2%.
Keempat, melambatkan ekonomi domestik, dimana pada Jumat lalu S&P Global merilis data PMI Manufaktur Indonesia untuk bulan Oktober 2024 yang mana PMI Manufaktur Indonesia untuk Oktober 2024 masih berada di level kontraksi di 49,2, tidak berubah dari periode sebelumnya di 49,2 juga.
"Selain itu, data inflasi tahunan Oktober juga melambat ke 1,71% (yoy), angka ini lebih rendah dari bulan September 2024 di 1,84% (yoy)," imbuh Imam.
Berikut rekomendasi 1 Reksa Dana Saham Power Fund Series dan 3 saham untuk trading pada minggu ini hingga Jumat, 8 November 2024.
Baca juga: Inilah Saham-Saham Pilihan Rabu, 30 Oktober 2024
1. Buy Reksa Dana Saham Premier ETF SMINFRA18 (Entry 354, TP 364, SL <351). Sentimen pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dapat menciptakan sentimen positif untuk Reksa Dana Saham Premier ETF SMINFRA18 (XISI), yang berfokus pada sektor infrastruktur di Indonesia. Penurunan suku bunga biasanya meningkatkan likuiditas dan mendorong investasi di sektor infrastruktur, yang merupakan komponen utama dalam portofolio Reksa Dana Saham Power Fund Series (PFS) ini.
2. Buy ITMG (Entry 25.500, TP 26275, SL <24950). PMI Manufaktur Tiongkok baru-baru ini kembali ke level ekspansif, yang menunjukkan peningkatan aktivitas sektor manufaktur di negara tersebut. Kembalinya PMI di atas level 50, yang menandakan ekspansi, dipengaruhi oleh langkah-langkah stimulus ekonomi dari pemerintah Tiongkok dan harapan akan kebijakan tambahan untuk mendukung sektor industri. Kondisi ini memiliki dampak positif bagi perusahaan seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), yang sebagian besar penjualannya diserap oleh pasar Tiongkok.
"Dengan meningkatnya aktivitas manufaktur, kebutuhan energi juga cenderung meningkat, sehingga permintaan batu bara, produk utama ITMG, di pasar Tiongkok diperkirakan akan tetap kuat. Hal ini memberikan sentimen positif terhadap kinerja penjualan dan potensi peningkatan pendapatan bagi ITMG dalam beberapa bulan ke depan, seiring pemulihan sektor industri di Tiongkok yang terus berlanjut."
3. Buy BBCA (Entry 10.425, TP 10750, SL <10225). Pekan ini Federal Reserve (The Fed) diproyeksikan akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps), dampaknya akan cenderung positif bagi saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Penurunan suku bunga acuan AS dapat memperkuat aliran modal asing ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, karena investor mencari imbal hasil yang lebih menarik di luar pasar AS. Dengan tambahan arus modal masuk, nilai tukar rupiah berpotensi menguat, yang bisa memperkuat stabilitas sektor perbankan di Indonesia.
4. Buy ADRO (Entry 3790, TP 4180, SL <3570). Aksi korporasi Adaro yang melibatkan rencana pembagian dividen khusus untuk mendukung penawaran umum saham Adaro Andalan Indonesia (AAI) berpotensi meningkatkan minat investor terhadap saham ADRO.
- Penulis :
- Wulandari Pramesti