Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Harga Minyak Mentah Dunia Fluktuatif, Pemerintah Usulkan Asumsi ICP 2026 di Kisaran 60-80 Dolar AS per Barel

Oleh Arian Mesa
SHARE   :

Harga Minyak Mentah Dunia Fluktuatif, Pemerintah Usulkan Asumsi ICP 2026 di Kisaran 60-80 Dolar AS per Barel
Foto: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberi keterangan setelah rapat kerja dengan Komisi XII DPR di Jakarta (sumber: ANTARA/Putu Indah Savitri)

Pantau - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengusulkan agar asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 berada di kisaran 60 hingga 80 dolar AS per barel.

Usulan tersebut disampaikan Bahlil dalam rapat bersama DPR, dengan mempertimbangkan kondisi pasar minyak global saat ini dan berbagai faktor geopolitik yang memengaruhi harga minyak dunia.

Fluktuasi Harga Minyak Jadi Dasar Usulan

Menurut Bahlil, realisasi ICP selama periode Januari hingga Mei 2025 telah mencapai rata-rata 70,5 dolar AS per barel.

"Untuk ICP, kami pada RAPBN 2026 di kisaran sekitar 60-80 dolar AS per barel," ungkapnya.

Ia menjelaskan bahwa rata-rata ICP bulan Mei tercatat sebesar 62,75 dolar AS per barel.

Namun, pada bulan Juni, terjadi lonjakan harga menjadi 69,33 dolar AS per barel, yang disebabkan oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.

"Jadi, ketika terjadi gejolak politik di Timur Tengah, itu berdampak (ke harga minyak dunia). Sampai pernah tembus di atas 80 dolar AS per barel," ia mengungkapkan.

Bahlil menekankan bahwa kawasan Timur Tengah menyumbang sekitar 30 persen suplai minyak global, sehingga instabilitas politik di wilayah tersebut sangat mempengaruhi harga minyak dunia.

Faktor Global dan Strategi Pemerintah

Usulan asumsi harga ICP juga mengacu pada prediksi kementerian energi dari beberapa negara lain, yang memperkirakan harga minyak global pada 2026 akan berada pada kisaran 55 hingga 67 dolar AS per barel.

Prediksi harga tersebut cenderung lebih rendah akibat kelebihan suplai minyak dan penurunan permintaan akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi global.

"Di saat bersamaan, produksi minyak di negara-negara penghasil minyak itu tidak pernah diturunkan. Naik terus," jelas Bahlil.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menambahkan bahwa pemerintah berhati-hati dalam menentukan rentang asumsi harga ICP karena pengaruh berbagai faktor.

ICP sangat dipengaruhi oleh tiga hal utama: stabilitas politik di Timur Tengah, kebijakan produksi OPEC, serta outlook permintaan global, terutama dari China.

Selain itu, harga ICP juga dipengaruhi oleh dinamika transisi energi secara global.

Terkait produksi (lifting) minyak nasional, pemerintah berupaya mempercepat eksplorasi, memperbaiki keekonomian proyek, serta memberikan berbagai insentif guna menarik investasi sektor eksplorasi.

Penulis :
Arian Mesa

Terpopuler