
Pantau - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) berencana mengalihkan dana operasional tahunan sebesar Rp60 miliar yang sebelumnya dialokasikan untuk Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati kepada maskapai Susi Air sebagai subsidi penerbangan.
Langkah ini bertujuan untuk menghidupkan kembali aktivitas penerbangan domestik di BIJB Kertajati yang sempat terhenti sejak 2 Juni 2025.
Rencana Subsidi untuk Lima Rute Penerbangan
Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk mensubsidi operasional lima rute domestik yaitu Cilacap-Kertajati, Purwokerto-Purbalingga-Kertajati, Semarang-Kertajati, Yogyakarta-Kertajati, dan Tasikmalaya-Kertajati.
"Tadi Bu Susi (Pudjiastuti) nanya biaya operasional yang diberikan (per tahun), saya katakan di kisaran Rp60 miliar per tahun, dan saya sampaikan aja hari ini, Bu Susi menawarkan uang itu digunakan untuk mensubsidi penerbangan di Kertajati," ungkap Dedi.
Dedi mengatakan bahwa inisiatif ini merupakan strategi awal untuk menghidupkan Kertajati dengan penerbangan berskala kecil sebelum dikembangkan lebih besar.
"Jadi bawa penumpang masuk ke Kertajati. Yang penting bawa penumpang masuk ke Kertajati. Saya tadi dengan Bu Susi memutuskan, Susi Air juga kemudian di Kertajati mengaspal. Terbang lagi di Kertajati. Dengan lima rute yang tadi disebutkan. Jadi saya ingin coba kedua-duanya. Sebelum membangun yang besar, kita mulai dulu yang kecil," ujarnya.
Solusi Jangka Pendek untuk Permasalahan Infrastruktur
Selain sebagai moda pengumpan untuk mendukung operasional penerbangan internasional seperti haji dan umrah, subsidi ini dianggap solusi jangka pendek terhadap tantangan besar seperti keterbatasan investasi dan kendala teknis kru pesawat.
"Nah sebenarnya kan kalau penerbangan haji dan umrah ini bisa berjalan dengan yang domestik itu," jelas Dedi.
Ia menambahkan bahwa kru pesawat dari maskapai besar membutuhkan waktu tempuh darat hingga empat jam dari Jakarta ke Kertajati, yang menyulitkan operasional karena aturan kerja maksimal pilot.
"Itu tidak mungkin karena lamanya dia terbang sehari, di mana jam kerja pilot hanya sembilan jam. Karenanya harus ada rute dari Halim ke Kertajati dulu untuk mengangkut kru pesawat," ungkapnya.
Dari total dana Rp60 miliar, sekitar Rp49 miliar akan dialokasikan khusus untuk subsidi rute-rute domestik ke Kertajati.
Pemilik Susi Air, Susi Pudjiastuti, optimis bahwa lima penerbangan domestik per hari akan membuka peluang bagi maskapai besar untuk kembali melayani Kertajati.
"Kalau sehari lima kali yang besar pasti nanti mau nunggu di sana kalau gak ada, kalau pilot pesawat hilang enam jam waktunya pasti rugi airline jadi tidak mau mereka," ungkap Susi.
Menurutnya, rute Halim-Kertajati akan melayani kru pesawat, sementara rute lainnya berperan sebagai feeder bagi penumpang umum dari berbagai kota kecil di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
"Kalau ada dari lima kota masuk kan paling tidak masing-masing 6 orang aja ada 30. Pasti Airline juga ruginya tidak terlalu besar mulai masuk di Kertajati. Kalau sekarang mau ngangkut apa ke sana? Orangnya tidak ada yang datang," jelasnya.
Kondisi Terkini Bandara Kertajati
Sejak 2 Juni 2025, tidak ada lagi penerbangan domestik dari dan ke BIJB Kertajati setelah Super Air Jet menghentikan layanan ke Medan, Denpasar, dan Balikpapan.
Maskapai lain seperti Lion Air, Citilink, Air Asia, dan Malaysia Airlines sebelumnya juga menghentikan operasional di Kertajati karena keterbatasan armada dan rendahnya okupansi penumpang.
Saat ini, satu-satunya rute aktif di Kertajati adalah penerbangan internasional ke Singapura yang dioperasikan oleh maskapai Scoot setiap Selasa dan Sabtu.
Langkah pengalihan dana ke Susi Air diharapkan dapat menarik kembali minat maskapai besar dan menghidupkan kembali potensi ekonomi kawasan melalui bandara tersebut.
- Penulis :
- Shila Glorya