
Pantau - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa rasio gini atau tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia pada Maret 2025 sebesar 0,375, menjadikannya yang terendah dalam periode enam tahun terakhir, sejak Maret 2019.
Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono, menyampaikan capaian tersebut dalam rilis Berita Resmi Statistik (BRS) Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Indonesia Maret 2025.
Angka ini menurun 0,006 poin dari September 2024 yang berada di angka 0,381, serta turun 0,004 poin dari Maret 2024 yang saat itu mencatat rekor terendah sebesar 0,379.
Ketimpangan Perkotaan Masih Lebih Tinggi daripada Perdesaan
BPS juga mencatat bahwa tingkat ketimpangan di wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan wilayah perdesaan.
"Kalau dibandingkan antara gini ratio atau ketimpangan pengeluaran antara perkotaan dan pedesaan, maka ketimpangan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan ketimpangan di pedesaan," ujar Ateng.
Pada Maret 2025, rasio gini di perkotaan tercatat sebesar 0,395, turun dari 0,402 pada September 2024 dan 0,399 pada Maret 2024.
Sementara di wilayah perdesaan, rasio gini tercatat sebesar 0,299, turun dari 0,308 pada September 2024 dan 0,306 pada Maret 2024.
"Ketimpangan yang di desa hanya 0,299, lebih rendah jika dibandingkan dengan September 2024, yaitu lebih rendah 0,009 poin," tambah Ateng.
Tren Menurun Sejak 2019, Kecuali Saat Pandemi COVID-19
Secara nasional, rasio gini menunjukkan tren penurunan sejak Maret 2019.
Namun, pandemi COVID-19 sempat menyebabkan lonjakan ketimpangan, dengan rasio gini naik menjadi 0,381 pada Maret 2020 dan meningkat lagi menjadi 0,385 pada September 2020.
Setelah itu, rasio gini mengalami fluktuasi dan sempat menyentuh angka tertinggi 0,388 pada Maret 2023 sejak masa pandemi.
Penurunan rasio gini pada Maret 2025 mencerminkan perbaikan distribusi pengeluaran masyarakat Indonesia, meskipun kesenjangan di perkotaan masih perlu menjadi perhatian.
- Penulis :
- Aditya Yohan
- Editor :
- Aditya Yohan