
Pantau - Menteri Perdagangan Budi Santoso mengumumkan bahwa program UMKM Bisa Ekspor telah memfasilitasi lebih dari 800 pelaku usaha dan menghasilkan total transaksi ekspor sekitar Rp1,4 triliun hingga pertengahan 2025.
Pernyataan ini disampaikan saat Budi memperkenalkan program tersebut di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Program UMKM Bisa Ekspor diluncurkan oleh Kementerian Perdagangan sejak Januari 2025 sebagai strategi mendorong produk UMKM masuk ke pasar global.
Dalam kesempatan yang sama, Kementerian juga meresmikan ekspor center di Balikpapan dan Batam sebagai bagian dari upaya mempercepat ekspor sektor non-migas.
"Hari ini pembukaan ekspor center di dua lokasi, di Balikpapan dan Batam sebagai upaya agar UMKM bisa ekspor," ungkap Budi Santoso.
Ekspor Center Jadi Pusat Pembinaan dan Edukasi Produk UMKM
Ekspor center didesain sebagai pusat edukasi dan kurasi agar produk UMKM siap ekspor, dengan pendampingan di bidang kualitas produk, pengemasan, perizinan, dan strategi pasar.
Ekspor center Balikpapan akan dikembangkan menjadi pusat pembinaan ekspor UMKM di Kalimantan Timur sekaligus menjadi hub distribusi produk unggulan daerah ke pasar luar negeri.
Fasilitas ekspor center diperkuat dengan penyuluh ekspor yang akan menjangkau pelaku UMKM hingga ke desa dan kelurahan.
Kementerian Perdagangan juga mengerahkan 46 perwakilan perdagangan di 33 negara, termasuk Atase Perdagangan dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC), untuk membantu memasarkan produk UMKM di luar negeri.
"Jangan tunggu produk baru, produk yang ada sekarang distandarkan akan kami latih dan fasilitasi ekspor, serta dibantu cari bayarnya lewat perwakilan dagang di luar negeri," ujarnya.
Akses Pasar Global dan Daya Saing UMKM
UMKM yang ingin menembus pasar internasional harus memenuhi dua syarat utama, yakni berani berinovasi dan adaptif, serta memiliki produk unggul dalam mutu dan desain yang memenuhi standar negara tujuan.
"Produk UMKM Indonesia punya keunikan yang dicari oleh pasar luar, tapi pelaku UMKM harus dampingi agar bisa adaptasi dengan kebutuhan pembeli," jelas Budi.
Pemerintah juga telah menyelesaikan sejumlah perjanjian dagang strategis, termasuk IEU–CEPA dengan Uni Eropa yang membuka akses ekspor ke 27 negara dengan tarif nol persen.
Selain itu, perjanjian dagang juga telah dirampungkan dengan Kanada, kawasan Eurasia, dan beberapa negara ASEAN.
"Baru Indonesia dan Vietnam yang punya perjanjian dengan Eropa, satu peluang yang tidak dimiliki semua negara dan UMKM harus siap ambil kesempatan ini," kata Budi.
Penguatan Pasar Domestik dan Kepatuhan Lingkungan
Untuk memperkuat permintaan dalam negeri atas produk lokal, Kementerian Perdagangan juga meluncurkan gerakan nasional Gerakan Kami Pakai Lokal (Gaspol).
Gerakan ini bertujuan agar pasar domestik tidak dibanjiri produk asing dan tetap mengutamakan produk UMKM nasional.
"Tapi UMKM harus punya daya saing, kualitas, dan kemasan yang bagus, kami fasilitasi dan kami latih supaya bisa bersaing," tegas Budi.
Ekspor center juga bertugas membantu proses standarisasi produk serta memastikan produk UMKM memenuhi aspek keberlanjutan lingkungan yang menjadi perhatian utama negara tujuan ekspor.
"Kalau tidak distandarisasi dan tidak ramah lingkungan, produk akan ditolak dan semua harus siap dari sekarang," tambahnya.
Ekspor center di Balikpapan dan Batam diharapkan menjadi penggerak utama ekspor berbasis UMKM dan menjadi percontohan nasional yang dapat direplikasi ke provinsi lain.
- Penulis :
- Aditya Yohan