
Pantau - Pengiriman perdana Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bioavtur dari Kilang Pertamina Cilacap menjadi momentum penting dalam peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia, sekaligus simbol langkah menuju kemandirian energi nasional.
SAF Berbahan Minyak Jelantah Mulai Digunakan untuk Penerbangan Komersial
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Abadi Poernomo, menyebut pengiriman SAF ini sebagai "kado" dari Pertamina untuk ulang tahun ke-80 RI.
Bioavtur yang diproduksi Pertamina ini berasal dari bahan baku minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO).
Produk SAF tersebut digunakan untuk penerbangan pesawat Pelita Air Services pada rute Jakarta–Denpasar.
"Ini langkah yang positif dari Pertamina. Karena kalau mau swasembada energi, memang harus mencari alternatif-alternatif energi selain fosil," ujar Abadi Poernomo.
Ia menilai pemanfaatan SAF berbasis minyak jelantah sangat penting karena bahan bakunya berlimpah di Indonesia dan sudah dimanfaatkan di banyak negara.
SAF Diusulkan Jadi Standar di Seluruh Bandara Nasional
Abadi menekankan pentingnya ketersediaan SAF secara konsisten di seluruh bandara besar di Indonesia.
"Jadi kita harus menetapkan, semua bandara di Indonesia harus tersedia SAF itu. Kecuali jika sifatnya masih uji coba," ia menegaskan.
Ia juga meyakini bahwa kualitas SAF buatan Pertamina telah memenuhi standar penerbangan internasional, merujuk pada keberhasilan uji coba Garuda Indonesia pada rute Jakarta–Semarang.
Meski begitu, ia berharap Pertamina dapat menjaga harga SAF agar tidak jauh berbeda dari harga avtur konvensional.
"Setidaknya tak ada perbedaan yang terlalu besar antara harga SAF dengan avtur biasa," tambahnya.
Langkah ini dinilai sebagai bagian penting dari upaya transisi energi nasional serta mendukung ketahanan energi berbasis sumber daya lokal.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf
- Editor :
- Ahmad Yusuf