Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Ancaman Beras Turun Mutu Jadi Peringatan Serius untuk Perbaikan Tata Kelola Pangan Nasional

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Ancaman Beras Turun Mutu Jadi Peringatan Serius untuk Perbaikan Tata Kelola Pangan Nasional
Foto: (Sumber: Petugas memeriksa kualitas beras medium saat inspeksi mendadak (sidak) di Pasar Gerendeng, Kota Tangerang, Banten, Jumat (22/8/2025). Sidak oleh Badan Pangan Nasional, Satgas Pangan Polri dan Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang tersebut untuk memantau harga, kualitas beras dan memastikan tidak ada beras oplosan yang dijual oleh pedagang. ANTARA FOTO/Putra M. Akbar/rwa.)

Pantau - Penurunan mutu beras kembali menjadi sorotan karena berdampak langsung pada kualitas pangan nasional dan berpotensi menimbulkan kerugian negara hingga triliunan rupiah.

Fenomena "beras turun mutu" disebabkan oleh berbagai faktor seperti penyimpanan yang tidak tepat, pencampuran dengan beras berkualitas rendah, serangan hama, serta proses pengolahan yang kurang memadai.

Kondisi ini menyebabkan perubahan pada tekstur, rasa, nilai gizi, dan menurunkan harga jual beras di pasaran.

100 Ribu Ton Beras Sisa Impor Terancam Rusak

Isu mencuat setelah muncul laporan bahwa sekitar 100 ribu ton beras sisa impor yang disimpan sebagai Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di gudang mitra Bulog terancam rusak akibat penurunan mutu.

Beras tersebut dibiayai oleh APBN, dan kerusakan yang terjadi berpotensi menyebabkan kerugian negara sebesar Rp1,2 triliun.

Penyebab utama penurunan mutu tersebut antara lain kelembaban tinggi, suhu tidak stabil, paparan sinar matahari langsung, kebersihan gudang yang buruk, serta adanya jamur, serangga, dan mikroorganisme.

Jika penyimpanan tidak memenuhi standar, beras bisa menjadi basi, berbau, keras, dan kehilangan kandungan gizinya.

Solusi Penyimpanan dan Tantangan Penyerapan Gabah

Untuk menjaga kualitas beras, dibutuhkan sistem penyimpanan di tempat yang kering dan sejuk dengan suhu 15–25°C, menghindari paparan matahari, menggunakan wadah kedap udara, menjaga kebersihan gudang, serta menggunakan bahan penyerap kelembaban seperti silica gel.

Pemeriksaan kondisi beras juga harus dilakukan secara berkala.

Tantangan lain datang dari kebijakan penyerapan gabah "any quality" yang lebih menekankan kuantitas dibanding kualitas.

Gabah berkualitas rendah tentu akan menghasilkan beras berkualitas rendah, terlebih jika proses pengeringan dan penggilingan juga buruk.

Bulog dan pemangku kepentingan perlu menetapkan standar kualitas gabah secara tegas dan memastikan proses dari pengeringan hingga penyimpanan dilakukan secara benar.

Pencegahan Lebih Penting dari Pengelolaan Kerugian

Alternatif pengelolaan beras kualitas rendah bisa dilakukan dengan mengolahnya menjadi produk turunan seperti kue, roti, dan biskuit, atau digunakan sebagai pakan ternak, bahan bioetanol, pupuk organik, hingga kerajinan tangan.

Namun, langkah pencegahan jauh lebih penting untuk menghindari pemborosan dan kerugian.

Langkah-langkah strategis yang bisa diambil antara lain:

  • Menetapkan standar kualitas gabah secara ketat
  • Menggunakan teknologi tepat guna dalam pengolahan
  • Memperbaiki tata kelola gudang, khususnya kontrol suhu dan kelembaban
  • Melakukan pengawasan kualitas secara rutin

Edukasi dan pelatihan bagi petani menjadi hal penting agar mereka memahami praktik tanam dan panen yang baik serta pengolahan gabah secara optimal.

Penggunaan teknologi modern akan meningkatkan konsistensi mutu, sementara sertifikasi kualitas akan memastikan produk beras memenuhi standar pasar.

Momentum Perbaikan Sistem Pangan Nasional

Persoalan beras turun mutu melibatkan banyak pihak, mulai dari petani, penggilingan, Bulog, hingga lembaga pemerintah.

Karenanya, ini harus menjadi momentum perbaikan sistem pangan nasional.

Dengan penanganan yang tepat—melalui manajemen profesional, teknologi efisien, dan standar mutu konsisten—Indonesia dapat memperkuat ketahanan pangan dan melindungi kesejahteraan petani.

Beras adalah kebutuhan pokok mayoritas masyarakat, sehingga menjaga mutunya adalah kepentingan publik yang tidak bisa ditunda.

Penurunan mutu beras bukan hanya kerugian ekonomi, melainkan juga peringatan keras bahwa sistem pangan harus lebih terintegrasi, efisien, dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

Setiap pemangku kepentingan perlu berperan aktif dari hulu hingga hilir agar cita-cita membangun sistem pangan yang berdaya saing dan berkelanjutan bisa benar-benar terwujud.

Masalah ini harus menjadi pemicu lahirnya kebijakan pangan yang berpihak, sistemik, dan berbasis pengelolaan modern serta profesional.

Penulis :
Ahmad Yusuf

Terpopuler