Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Minat Konsumsi Protein Hewani Naik, Konferensi Nutrisi Ruminansia Dorong Solusi Berkelanjutan Lewat Kedelai AS

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Minat Konsumsi Protein Hewani Naik, Konferensi Nutrisi Ruminansia Dorong Solusi Berkelanjutan Lewat Kedelai AS
Foto: (Sumber: Dr. Basilisa Reas, Technical Director – Animal Utilization, Asia Tenggara & Oseania, USSEC, tengah memberikan paparan. (PRNewsfoto/U.S. Soybean Export Council (USSEC)))

Pantau - Konsumsi protein hewani di Asia Tenggara diprediksi meningkat lebih dari 20 persen pada tahun 2031, seiring dengan lonjakan pendapatan, urbanisasi, dan pertumbuhan penduduk. Menanggapi tren ini, U.S. Soybean Export Council (USSEC) menyelenggarakan Konferensi Nutrisi Ruminansia Asia Tenggara edisi perdana di Bandung, Indonesia, pada 27–29 Agustus 2025.

Fokus pada Nutrisi dan Inovasi untuk Produksi Berkelanjutan

Konferensi ini dihadiri oleh produsen, ahli nutrisi, peneliti, perumus kebijakan, dan pemimpin industri dari berbagai sektor.

Diskusi utama menekankan pentingnya inovasi dalam nutrisi, genetika, dan sistem peternakan untuk:

  • Memperkuat produksi lokal susu dan daging sapi
  • Mengurangi ketergantungan terhadap impor
  • Meningkatkan keberlanjutan sektor peternakan

"Lewat strategi inovasi, kolaborasi, dan nutrisi berbasiskan data, Asia Tenggara dapat menutup kesenjangan antara lonjakan permintaan susu dan daging sapi dengan kapasitas produksi lokal," ujar perwakilan USSEC.

Kedelai Amerika Serikat (AS) disorot sebagai sumber protein unggul yang mendukung efisiensi pakan dan kondisi ternak.

Kedelai AS dinilai konsisten dalam kualitas, bernutrisi tinggi, serta diproduksi secara bertanggung jawab melalui Sustainable Soy Assurance Protocol (SSAP).

Tantangan Peternakan dan Solusi Berbasis Kedelai AS

Dalam sesi pleno selama dua hari, peserta membahas topik seperti efisiensi pakan, pembangunan berkelanjutan, inovasi genetika, serta peran kedelai AS dalam meningkatkan performa dan profitabilitas ternak pemamah biak.

Diskusi juga menyoroti tantangan utama yang dihadapi industri peternakan, yaitu:

  • Biaya pakan yang tinggi
  • Tekanan perubahan iklim
  • Risiko kesehatan ternak
  • Kesenjangan produktivitas
  • Terbatasnya akses bagi peternak kecil ke pasar dan sumber daya

Data dari Agri-Food Outlook 2025 oleh Alltech mencatat bahwa produksi pakan untuk sapi perah global naik 3,2 persen pada 2024 dan hampir 4 persen dalam satu dekade terakhir—mencerminkan tingginya permintaan yang harus ditanggapi dengan efisiensi dan keberlanjutan.

Keunggulan Nutrisi Kedelai AS bagi Ruminansia

Dr. Thomas D'Alfonso menegaskan bahwa Kedelai AS memiliki keunggulan komposisi nutrisi dibanding kedelai dari negara lain, seperti:

  • Lebih mudah dicerna
  • Mengandung energi lebih tinggi
  • Memiliki serat mudah difermentasi yang menunjang kesehatan ternak
  • Nutrisinya terserap lebih optimal

Kedelai AS juga lima kali lebih rendah dalam tingkat kerusakan akibat panas dibandingkan produk serupa dari negara lain, berkat praktik pertanian berkelanjutan dan penanganan pascapanen yang efisien.

"Lonjakan minat konsumen Asia Tenggara pada Kedelai AS mencerminkan kebutuhan masyarakat akan solusi pakan yang bermutu tinggi, berkelanjutan, dan efisien," ujarnya.

Kunjungan Lapangan dan Kolaborasi Regional

Konferensi ditutup dengan kunjungan ke peternakan sapi perah, kambing, dan domba untuk melihat langsung penerapan praktik inovatif dalam nutrisi dan efisiensi produksi.

Kegiatan ini memperkuat pemahaman peserta mengenai bagaimana solusi berbasis sains dapat diterapkan secara nyata dalam sistem peternakan modern.

Forum ini sekaligus mempertegas komitmen USSEC untuk mendukung pertumbuhan berkelanjutan melalui:

  • Peningkatan kapasitas teknis
  • Pengadaan produk secara bertanggung jawab
  • Kolaborasi antara industri, pemerintah, dan peternak

Konferensi ini menjadi platform penting untuk membangun jaringan kerja sama regional, memperluas keahlian, dan memperkuat produksi protein hewani di Asia Tenggara.

Penulis :
Ahmad Yusuf