
Pantau - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan Rabu, 22 Oktober 2025, tercatat melemah sebesar 85,53 poin atau 1,04 persen ke posisi 8.152,55.
Indeks LQ45 yang berisi 45 saham unggulan juga turut terkoreksi sebesar 13,59 poin atau 1,69 persen ke level 806,30.
Penurunan ini terjadi seiring dengan tren pelemahan bursa saham di kawasan Asia yang juga mengalami tekanan.
Sentimen Global Pengaruhi Pergerakan Pasar
Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama pelemahan pasar adalah kekhawatiran investor terhadap rilis data inflasi Amerika Serikat yang dijadwalkan pada Jumat, 24 Oktober 2025.
"Fokus investor akan tertuju pada rilis data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat (AS) pada Jumat (24/10) mendatang", ungkapnya.
Diperkirakan, inflasi utama AS pada September 2025 akan naik 0,4 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 3,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Sementara itu, inflasi inti diperkirakan meningkat sebesar 0,3 persen (mtm) dan 3,1 persen (yoy).
Data inflasi ini dinilai krusial karena akan menjadi acuan bagi bank sentral AS, The Fed, dalam menentukan arah kebijakan suku bunga acuan berikutnya.
Respons Pasar Domestik dan Sektor yang Terkoreksi
Dari dalam negeri, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025.
Suku bunga BI-Rate tetap di level 4,75 persen, suku bunga deposit facility di 3,75 persen, dan suku bunga lending facility di 5,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, "Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati efektivitas transmisi kebijakan moneter longgar yang telah ditempuh, prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi, serta stabilitas nilai tukar Rupiah dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI-Rate".
IHSG sempat dibuka menguat pada awal sesi, namun berbalik melemah dan masuk zona merah hingga penutupan sesi pertama, serta terus bertahan di wilayah negatif pada sesi kedua.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor mengalami penguatan, dipimpin oleh sektor properti yang naik 3,17 persen, disusul sektor industri naik 1,80 persen dan sektor barang konsumen primer naik 1,70 persen.
Sementara itu, tujuh sektor lainnya mencatatkan pelemahan, dengan sektor barang baku turun paling dalam sebesar 2,39 persen, diikuti sektor teknologi turun 1,93 persen dan sektor kesehatan turun 1,48 persen.
Saham-saham yang mencatatkan penguatan terbesar antara lain NIRO, PPRE, AYLS, AKSI, dan FAST.
Adapun saham yang mengalami pelemahan terbesar adalah BABY, INDX, DWGL, SOHO, dan EURO.
Aktivitas Perdagangan dan Kondisi Regional
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 2.442.028 kali transaksi dengan volume perdagangan mencapai 29,72 miliar lembar saham dan nilai transaksi sebesar Rp23,12 triliun.
Sebanyak 321 saham tercatat naik, sementara 349 saham melemah dan 139 saham stagnan.
Kondisi pasar saham regional Asia juga turut melemah pada perdagangan sore hari tersebut.
Indeks Nikkei Jepang turun 55,06 poin atau 0,11 persen ke posisi 49.261,00.
Indeks Shanghai China turun 2,57 poin atau 0,07 persen ke posisi 3.913,76.
Indeks Hang Seng Hong Kong turun 245,78 poin atau 0,94 persen ke posisi 25.781,77.
Sementara itu, Indeks Straits Times Singapura justru menguat 12,87 poin atau 0,29 persen ke level 4.393,92.
- Penulis :
- Arian Mesa