
Pantau - Pengamat ekonomi syariah Adiwarman Karim menyatakan bahwa sejumlah subsektor ekonomi kreatif memiliki peluang besar untuk dikembangkan dalam ekosistem industri halal guna memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara.
Fashion, Kosmetik, dan Kuliner Jadi Tiga Pilar Ekraf Halal
Dari 17 subsektor yang berada di bawah naungan Kementerian Ekonomi Kreatif, Adiwarman menyebut fashion sebagai sektor terdepan dalam pengembangan ekonomi kreatif berbasis halal.
"Yang pertama adalah fashion, karena luar biasa orang sekarang kesadarannya untuk fashion berjilbab itu luar biasa, dan variannya tuh luas sekali mulai dari yang ketutup sampai yang menggunakannya untuk olahraga", ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa fashion halal tidak hanya mencerminkan nilai keagamaan, tetapi juga menjadi kekuatan ekonomi melalui inovasi dan inklusivitas.
Sektor kedua yang memiliki perkembangan pesat adalah kosmetika halal, yang menurutnya kini mampu bersaing dengan produk luar negeri dari segi kualitas dan harga.
"Jadi pendekatannya itu tidak dikotomikan antara syariah atau ga tapi inklusif sehingga baik orang yang menggunakan jilbab atau tidak menggunakan jilbab semuanya merasa nyaman", jelasnya.
Sektor ketiga adalah kuliner, di mana pelaku usaha dinilai semakin baik dalam hal pengemasan dan menjaga kualitas produk, serta mampu memperluas distribusi ke luar kota.
Perkembangan ini berdampak langsung pada perluasan pasar dan peningkatan produktivitas sektor kuliner lokal.
Potensi Ekraf Digital dan Usulan Prioritas Pengembangan
Selain tiga sektor utama tersebut, Adiwarman juga melihat potensi besar dalam subsektor film, game, dan musik dalam ekosistem ekonomi kreatif syariah, khususnya yang berbasis digital.
"Saya juga melihat potensi yang sangat besar sekali untuk bisa menggarap sisi perfilman, dan juga kita juga sudah melihat di Indonesia ini mungkin permainan-permainan di gadget, jadi sebenarnya yang luar biasa, jadi kami juga lihat ada perkembangan ekonomi kreatif yang sifatnya digital", ujarnya.
Menjelang satu tahun pemerintahan Kementerian Ekonomi Kreatif saat ini, Adiwarman menyarankan agar dari 17 subsektor yang ada, ditetapkan sektor-sektor prioritas dengan menyusun timeline tahunan agar pengembangan berjalan terarah.
"Sehingga 17 sektor itu bisa digarap dengan baik dan mendapat prioritasnya, kalau enggak pakai prioritas saya khawatir nanti penanganannya malah bingung mana yang mau ditekuni", katanya.
Ia juga mendorong pemerintah untuk memberikan dukungan berupa fasilitas kepada asosiasi dan pelaku ekonomi kreatif agar dapat menampilkan karya mereka serta menyerap aspirasi dari masyarakat.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf










