Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Menperin: Investasi Asing Semakin Deras ke Manufaktur, Dorong Pemerataan Ekonomi Nasional

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Menperin: Investasi Asing Semakin Deras ke Manufaktur, Dorong Pemerataan Ekonomi Nasional
Foto: (Sumber : Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (ANTARA/HO-Kemenperin))

Pantau - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa arus penanaman modal asing (PMA) semakin kuat mengarah ke sektor industri manufaktur seperti logam, kimia, mesin, dan elektronik, seiring dengan membaiknya ekosistem industrialisasi di Indonesia.

PMA Manufaktur Meningkat Signifikan, Bukti Keberhasilan Strategi Industrialisasi

“Data terbaru menunjukkan bahwa arus investasi asing kini semakin kuat mengarah ke industri manufaktur seperti logam, kimia, mesin dan elektronik. Ini membuktikan bahwa kebijakan industrialisasi yang dijalankan oleh Bapak Presiden Prabowo sudah berjalan pada jalur yang tepat dan semakin menarik minat investor global untuk berinvestasi di sektor manufaktur Indonesia,” ungkap Agus Gumiwang.

Berdasarkan riset BRI Danareksa Sekuritas, peranan industri manufaktur dalam perekonomian nasional menguat signifikan pada tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Komposisi PMA ke sektor sekunder meningkat dari 35,3 persen pada tahun 2018 menjadi 59,6 persen pada periode Januari–September 2025.

Peningkatan ini mencerminkan pergeseran fokus dari sektor ekstraktif ke pengolahan berbasis klaster industri di berbagai wilayah, menunjukkan ekosistem industrialisasi Indonesia yang semakin matang.

Menperin menyebut strategi ini sebagai sinyal positif bagi pemerataan pusat pertumbuhan ekonomi nasional, terutama di luar Pulau Jawa.

“Kita melihat percepatan industrialisasi di wilayah Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan wilayah lainnya. Pemerintah berkomitmen untuk terus menjaga momentum baik ini agar pemerataan pembangunan semakin optimal,” katanya.

Multiplier Effect Lebih Besar di Luar Jawa, Pemerintah Siapkan Insentif

Riset menunjukkan bahwa PMA senilai Rp1 triliun di luar Jawa mampu menghasilkan tambahan Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) hingga Rp1,76 triliun.

Sebaliknya, PMA dengan nilai yang sama di Jawa hanya menghasilkan tambahan PMTB sekitar Rp140 miliar.

“Ini multiplier effect yang sangat besar bagi ekonomi nasional terutama bagi wilayah luar pulau Jawa,” tegas Menperin.

Dampak pengganda tersebut terjadi karena tingginya kebutuhan modal dan percepatan pembangunan klaster industri baru di luar Jawa.

Pemerintah, lanjutnya, akan terus membangkitkan kepercayaan pelaku industri melalui penciptaan iklim usaha yang kondusif.

“Kami memahami bahwa korporasi masih menunggu visibilitas permintaan yang lebih kuat. Itu sebabnya Kemenperin tengah menyiapkan berbagai insentif dan kemudahan industri agar ekspansi investasi bisa kembali meningkat dalam beberapa kuartal ke depan,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa transformasi industri, peningkatan kualitas tenaga kerja, dan pembangunan industri bernilai tambah tinggi akan terus menjadi prioritas untuk memperkuat ekosistem industri dari hulu ke hilir.

“Kami berkomitmen memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi tujuan utama investasi manufaktur di Asia,” tambahnya.

Chief Economist BRI Danareksa Sekuritas, Helmy Kristanto, menilai dominasi sektor manufaktur memberi efek pengganda yang kuat, terutama di luar Jawa.

“Secara regional, PMA di luar Jawa menghasilkan PMTB yang jauh lebih besar, mencerminkan kebutuhan modal yang lebih dalam di wilayah tersebut dan menegaskan peran PMA dalam mendukung pertumbuhan yang lebih seimbang secara geografis,” ungkap Helmy.

Ia menyebut siklus belanja modal, tingkat pemanfaatan kapasitas industri, dan pertumbuhan upah minimum sebagai faktor kunci untuk memperkuat momentum investasi ke depan.

Penulis :
Aditya Yohan
Editor :
Aditya Yohan