
Pantau - Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Yadi Sofyan Noor, menyatakan bahwa regenerasi petani serta penguatan brigade pangan yang melibatkan generasi milenial merupakan faktor krusial dalam mempertahankan swasembada beras Indonesia secara berkelanjutan.
Usia Petani Menua, Regenerasi Jadi Prioritas
"Kuncinya di SDM-nya (sumber daya manusia), orangnya, kita harus cepat mengadakan regenerasi. Petani padi itu rata-rata (usianya) di atas 50 tahun sekarang, petani muda yang milenial kan jarang main di situ, main di padi," ungkap Yadi menjelang pengumuman resmi swasembada beras oleh pemerintah pada 31 Desember 2025.
KTNA menyoroti bahwa keberhasilan produksi beras nasional yang meningkat dari sekitar 30 juta ton pada 2024 menjadi 34,77 juta ton pada 2025, berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) dengan acuan Kerangka Sampel Area (KSA), perlu dijaga dengan langkah serius agar tidak mengulang kegagalan swasembada tahun 1984.
"Jadi, kalau kita mau mempertahankan, kan kita tahun 1984 itu (swasembada beras) hanya berapa tahun, habis itu rontok lagi. Ya kuncinya memang di SDM-nya," lanjutnya.
Yadi menilai pemerintah telah melakukan langkah yang tepat dengan mendorong mekanisasi dan transformasi teknologi pertanian.
Modernisasi tersebut tidak hanya meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi juga dianggap dapat menarik minat petani muda untuk terlibat dalam usaha tani padi.
Brigade Pangan dan Perlindungan Lahan Jadi Pilar Produksi
Selain faktor SDM dan teknologi, KTNA juga menekankan pentingnya optimalisasi lahan sawah tidur, pemanfaatan lahan rawa, serta penyempurnaan sistem irigasi sebagai tiga pilar utama untuk menjaga stabilitas produksi beras nasional.
Brigade pangan dinilai sangat strategis karena mereka mengelola lahan secara kolektif dan dapat meningkatkan pendapatan petani secara signifikan.
Pendapatan petani dalam skema brigade pangan bisa mencapai Rp10 juta hingga Rp20 juta per bulan, jauh di atas rata-rata Rp3,5 juta yang diperoleh petani tradisional.
"Saya ketemu ada beberapa orang Brigade Pangan. Saya tanya 'bener tuh gajimu sampai Rp20 juta?, bener Pak'. Mereka saya kumpulkan waktu di Ciawi (Bogor, Jawa Barat)," ungkap Yadi.
KTNA juga menilai bahwa fokus pemerintah terhadap pengembangan komoditas lain seperti kelapa sawit, tebu, kopi, pala, hingga jambu mete, tidak akan mengganggu pencapaian swasembada beras selama konversi lahan sawah dapat ditekan.
"Oh, nggak (berpengaruh terhadap swasembada beras), kan beda dirjen (direktur jenderal), dirjen masing-masing, punya tanggung jawab masing-masing, yang hortikultura, perkebunan," ujarnya.
"Berpengaruh itu kalau sawah itu ditanam sawit. Itu yang berpengaruh, itu degradasi lahan," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa Indonesia siap mengumumkan swasembada pangan untuk komoditas strategis seperti beras dan jagung pada 31 Desember 2025 pukul 12.00 WIB.
Menurut Amran, produksi nasional menunjukkan tren positif dan distribusi pangan berlangsung stabil, sehingga ketahanan pangan nasional berada dalam posisi aman.
- Penulis :
- Gerry Eka







