
Pantau.com - Christine Lagarde, presiden Bank Sentral Eropa yang baru, tidak takut tentang sedikit konflik dalam organisasi.
"Perdebatan, perbedaan pendapat, argumen semua itu perlu dan sehat," Lagarde mengatakan kepada rekan CNN Business.
Lagarde, mantan kepala Dana Moneter Internasional (IMF), ini akan resmi mejabat jadi Presiden Bank Sentral Eropa pada 1 November.
Pendahulunya, Mario Draghi, telah mengeluarkan peringatan yang jelas: Bank sentral, yang telah mendorong suku bunga ke posisi terendah bersejarah dan memulai kembali program pembelian obligasi kontroversialnya, sedang mencapai batas apa yang dapat dilakukan untuk merangsang ekonomi yang melambat di kawasan itu.
Baca juga: Christine Lagarde Resmi Ajukan Resign dari Jabatan IMF, Tertarik Gantikan?
Menurut Largade, saat ini waktu yang tepat bagi pemerintah untuk melangkah maju. Sementara itu, ketidaksepakatan dalam jajaran ECB tumbuh. Lebih banyak anggota tim kepemimpinan dilaporkan sebanyak sepertiga keberatan dengan keputusan bank awal bulan ini untuk mencetak uang tanpa batas untuk membeli aset keuangan.
Pekan lalu, Sabine Lautenschläger, perwakilan Jerman di dewan eksekutif bank sentral penentang kebijakan itu, secara tak terduga mengundurkan diri.
"Bagus bahwa ada pendapat yang berbeda," kata Lagarde kepada Quest.
"Jika itu adalah suara bulat, konsensus, tidak akan ada perdebatan yang begitu penting dan produktif," tambahnya.
Lagarde, yang menjabat sebagai menteri keuangan Prancis sebelum pindah ke IMF, mengakui bahwa ada banyak pertanyaan yang sedang terjadi saat ini tentang jalan terbaik ke depan untuk bank sentral.
Dia mengatakan dia melihatnya sebagai tanggung jawabnya untuk menyatukan orang.
Baca juga: Ssst.. Jokowi Pertimbangkan Kenaikan Iuran BPJS Kelas III
Lebih lanjut: Lagarde juga mengatakan kepada Quest bahwa dia berpikir proses impeachment terhadap Trump dapat menciptakan gangguan besar bagi ekonomi global.
"Saya menghormati apa yang sedang terjadi, dan saya tidak memiliki pendapat dan pandangan karena saya bukan orang Amerika," katanya.
"Tapi dari sudut pandang ekonomi itu bisa sangat menimbulkan gangguan besar, dan saya pikir itu akan merusak kepemimpinan AS," lanjutnya.
rn- Penulis :
- Nani Suherni