
Pantau.com - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo buka suara soal harga minyak dunia yang anjlok dari 60 dolar AS menjadi kisaran 30 dolar AS per barel. Hal ini dipicu era globalisasi yang menurun.
"Pagi ini kita dihentakkan dengan perang minyak, yang kemudian harganya turun dari 60 dolar menjadi 30 dolar, ini contoh bahwa antiglobalisasi atau menurunnya globalisasi itu demikian cepat," kata Perry di Jakarta, Senin (9/3/2020).
Menurutnya, globalisasi yang menurun sebelumnya ditandai dengan munculnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta wabah virus Korona jenis baru atau COVID-19.
Baca juga: AS dan Iran Tegang, Pemerintah Harus Antisipasi Kenaikan Harga Minyak Dunia
Keadaan global saat ini juga dihadapkan dengan perkembangan teknologi digital yang cepat sehingga di sisi lain juga menimbulkan disrupsi ekonomi. Meski demikian, Perry enggan berkomentar banyak terkait dampak dari anjloknya harga minyak dunia yang ia sebut "perang minyak".
Harga minyak dunia turun signifikan lebih dari 20 persen dimana minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) dan Brent Oil masing-masing turun ke level 32,4 dolar AS per barel atau turun 21,5 persen dan 35,31 dolar AS per barel terkoreksi 22 persen.
Baca juga: Efek Suara Positif AS-China, Harga Minyak Dunia Dibuka Cerah
Anjloknya harga minyak dunia itu terjadi setelah Rusia menolak turut serta dalam pemotongan produksi yang diikuti dengan penurunan harga jual oleh Saudi Arabia.
Rusia menolak keras usulan pengurangan produksi curam OPEC untuk menstabilkan harga karena wabah Virus Korona memperlambat ekonomi global dan mengganggu permintaan energi.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta