billboard mobile
FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Food & Travel

Auschwitz, Kamp Konsentrasi yang Kini Menjadi Museum Bersejarah

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Auschwitz, Kamp Konsentrasi yang Kini Menjadi Museum Bersejarah
Foto: Auschwitz Concentration Camps (whc.unesco.org)

Pantau - Pada 27 Januari 1945, tentara Soviet memasuki gerbang kompleks kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia barat daya. Beberapa hari sebelumnya, kamp ini telah dievakuasi oleh Nazi. Momen ini menandai berakhirnya pembantaian massal terbesar di satu lokasi dalam sejarah umat manusia.

Menurut Museum Peringatan Holocaust Amerika Serikat, sekitar 960.000 dari 1,1 hingga 1,3 juta orang Yahudi yang dideportasi ke Auschwitz dibunuh oleh pasukan SS Jerman. Selain itu, korban lain mencakup sekitar 74.000 warga Polandia, 21.000 orang Roma, 15.000 tahanan perang Uni Soviet, dan sedikitnya 10.000 orang dari berbagai kebangsaan. Auschwitz menjadi kamp konsentrasi dengan jumlah korban tewas terbanyak sepanjang era Nazi, bahkan melebihi kamp pemusnahan lainnya dalam sejarah.

Saat pembebasan kamp, tentara Soviet menemukan bukti mengerikan dari kekejaman Nazi. Sekitar 7.000 tahanan dalam kondisi kelaparan masih bertahan hidup. Jutaan barang pribadi milik korban ditemukan, termasuk 6.350 kilogram rambut manusia, lebih dari 100.000 pasang sepatu, 12.000 peralatan dapur, 3.800 koper, serta 350 pakaian bergaris khas kamp konsentrasi.

Baca juga: Generasi Muda di Eropa Diajak Hidupkan Kembali Ingatan tentang Holocaust

Dari Kamp Kerja Paksa ke Kamp Pemusnahan

Auschwitz pertama kali didirikan pada Mei 1940 di dekat kota Oświęcim, sekitar 60 kilometer sebelah barat Krakow. Awalnya, kamp ini digunakan sebagai pusat tahanan politik dengan luas mencapai 40 kilometer persegi.

Pada Januari 1942, Nazi secara resmi mengimplementasikan "Solusi Akhir" yang bertujuan memusnahkan populasi Yahudi di Eropa. Kamp pemusnahan Auschwitz II-Birkenau mulai beroperasi pada tahun yang sama. Area ini memiliki populasi tahanan terbesar dibandingkan dua kamp utama lainnya dan dipisahkan oleh pagar kawat berduri. Pada tahun yang sama, kamar gas pertama yang menggunakan Zyklon B dibangun. Karena kapasitasnya dianggap tidak mencukupi, empat kamar gas tambahan didirikan untuk melakukan genosida secara sistematis hingga November 1944.

Selain menjadi tempat eksekusi massal, Auschwitz juga menjadi lokasi eksperimen medis kejam yang dilakukan terhadap tahanan Yahudi dan Roma. Percobaan melibatkan sterilisasi, kastrasi, serta uji coba penyakit menular. Salah satu dokter yang terkenal karena praktiknya yang tidak manusiawi adalah SS Kapten Josef Mengele, dijuluki "Malaikat Kematian," yang kerap melakukan eksperimen pada anak kembar.

Baca juga: Menelusuri Rumah Kelahiran Adolf Hitler yang Dijadikan Kantor Polisi untuk Cegah Pemuja Nazi Berziarah

Berdasarkan data Museum Peringatan Holocaust Amerika Serikat, Auschwitz mencatat jumlah korban jiwa tertinggi di antara enam kamp pemusnahan Nazi, dengan lebih dari 1,1 juta korban. Sekitar satu dari enam kematian selama Holocaust terjadi di Auschwitz. Kamp lain yang mencatat jumlah korban serupa adalah Treblinka di timur laut Polandia, dengan sekitar 850.000 korban tewas.

Auschwitz III atau Monowitz, yang dibuka pada Oktober 1942, berfungsi sebagai pusat kerja paksa bagi tahanan yang dipaksa bekerja untuk perusahaan kimia Jerman, IG Farben. Diperkirakan 10.000 tahanan meninggal di kamp ini, sebagian besar dieksekusi dengan suntikan fenol ke jantung setelah dinilai tidak lagi mampu bekerja.

Evakuasi dan Akhir Rezim Auschwitz

Pada pertengahan Januari 1945, pasukan SS mulai mengevakuasi kamp. Sekitar 60.000 tahanan dipaksa berjalan sejauh 50 kilometer ke barat untuk menaiki kereta menuju kamp konsentrasi lain. Diperkirakan 15.000 orang tewas selama perjalanan, banyak yang ditembak mati karena tidak mampu melanjutkan perjalanan.

Lebih dari 7.000 personel Nazi diketahui pernah bertugas di Auschwitz, namun hanya beberapa ratus yang diadili atas kejahatan mereka. Upaya menuntut keadilan terus berlanjut, dengan pejabat hukum Jerman pada 2013 mengumumkan bahwa sedikitnya 30 mantan pejabat Auschwitz masih dapat diproses hukum.

Auschwitz tetap menjadi simbol kekejaman Holocaust dan pengingat sejarah akan pentingnya menolak segala bentuk intoleransi serta kebencian.

Baca juga: Sejarah Hari Ini: Kematian Pemimpin Nazi Adolf Hitler di Akhir Perang Dunia II

Auschwitz Camp Concentration Sekarang

Tempat ini kini dijasdikan museum, yang didedikasikan untuk mengenang para korban kamp konsentrasi, kerja paksa, dan pemusnahan Nazi, serta untuk melestarikan tempat tersebut (Auschwitz I dan Auschwitz II-Birkenau) beserta benda-benda bersejarah yang ada di dalamnya.

Meskipun sebelumnya telah meminjamkan artefak ke museum dan institusi lain, museum ini belum pernah melakukan kolaborasi sebesar sekarang, baik dari segi skala maupun signifikansi sejarah. Saat ini, lebih dari 400 artefak unik dipinjamkan untuk pameran keliling internasional.

Didirikan oleh Pemerintah Polandia pada tahun 1947, museum ini mencakup area seluas 191 hektare dan pada tahun 1979 dinyatakan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO. Pada 2016, jumlah pengunjung mencapai rekor tertinggi dengan 2 juta orang mengunjungi kompleks ini.

Hingga kini, Auschwitz tetap menjadi lokasi pembantaian massal terbesar dalam sejarah. Dengan semakin berkurangnya penyintas dan pelaku kejahatan perang, penyebarluasan warisan sejarah ini menjadi semakin penting.

Penulis :
Latisha Asharani