Pantau Flash
HOME  ⁄  Food & Travel

Führermuseum, Museum Impian Hitler yang Tidak Pernah Terwujud

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Führermuseum, Museum Impian Hitler yang Tidak Pernah Terwujud
Foto: Miniatur Führermuseum (artcuriouspodcast.com)

Pantau - Museum impian yang dirancang oleh Adolf Hitler pada tahun 1939 seharusnya menjadi yang terbesar di dunia, baik dari segi ukuran maupun koleksi seni. Namun, ambisi ini justru memicu salah satu perampokan seni terbesar abad ke-20, di mana karya seni disita atau dicuri oleh Nazi dari pemilik Yahudi di seluruh Eropa selama Perang Dunia II. Distrik budaya yang direncanakan ini merupakan bagian dari rencana besar untuk mengubah Linz, Austria, menjadi ibu kota budaya Reich Ketiga dan pusat seni terbesar di Eropa, dengan tujuan mengalahkan Wina yang tidak disukai Hitler.

Rencana Museum Seni Hitler

Penyelesaian proyek ini diperkirakan pada tahun 1950, namun, dengan runtuhnya Reich Ketiga, pembangunan museum ini tidak pernah selesai. Satu-satunya bagian yang berhasil dibangun adalah Jembatan Nibelungen yang masih ada hingga kini. Hitler, yang merupakan seorang pelukis yang tidak berhasil, memiliki kecintaan mendalam terhadap seni. Pada 1925, ia mengusulkan pembangunan “Galeri Nasional Jerman” di Berlin dengan dirinya sebagai direktur, tetapi setelah Anschluss dengan Austria, ia memutuskan untuk mewujudkan museum impian ini di Linz, kota asalnya.

Kompleks museum yang dirancang oleh arsitek Hitler, Albert Speer, mencakup gedung opera, hotel, lapangan parade, teater, serta perpustakaan dengan koleksi hingga 250.000 volume. Museum ini akan memiliki fasad monumental sepanjang 150 meter dengan kolom-kolom besar dalam gaya Neoklasik fasis. Rencana tersebut juga mencakup 36 kilometer galeri yang akan memamerkan 27.000 karya seni. Model museum ini dipamerkan pada Januari 1945 di bunker bawah tanah Führer di Berlin dan diperiksa langsung oleh Hitler pada 9 Februari 1945.

Baca juga: Mengenal Kebudayaan Australia di Melbourne Museum

Koleksi Seni untuk Museum Linz

Koleksi seni untuk museum ini tidak hanya didapat melalui pencurian, namun juga pembelian. Hitler mengirimkan pasukannya untuk membeli karya seni di Italia dan Prancis dengan uang pribadinya, yang didapat dari penjualan Mein Kampf, serta spekulasi properti di sekitar Berghof, tempat peristirahatan Hitler di Pegunungan Alpen Bavaria. Selain itu, pendapatan juga diperoleh dari penggunaan gambar Hitler pada perangko.

Pada 21 Juni 1939, Hitler mendirikan Sonderauftrag Linz (Komisi Khusus Linz) yang dipimpin oleh Dr. Hans Posse, direktur Galeri Seni Tua, untuk mengumpulkan karya seni untuk museum ini serta untuk museum-museum lainnya di wilayah Reich Jerman, terutama di wilayah timur yang baru dikuasai. Komisi ini terdiri dari sekitar 20 spesialis, termasuk kurator, arsitek, fotografer, dan restorator.

Penyitaan dan Penyembunyian Seni

Selain pembelian, karya seni juga dikumpulkan melalui penyitaan paksa, dengan banyak karya seni disembunyikan di berbagai tempat, termasuk tambang garam terkenal di Altaussee, Austria. Di sana ditemukan sekitar 12.000 karya seni yang dicuri, termasuk The Ghent Altarpiece oleh Jan van Eyck, yang menjadi sasaran utama Hitler untuk dijadikan pusat koleksi museum. Karena reputasi dan kepentingannya, karya ini dianggap penting untuk dikembalikan ke Jerman setelah sebelumnya dipaksa untuk dipulangkan ke Belgia oleh Perjanjian Versailles.

Baca juga: Skyscraper Museum, Wisata Edukatif Menyusuri Skyline Ikonik New York

Penulis :
Latisha Asharani
Editor :
Latisha Asharani