
Pantau - Pada peringatan 80 tahun pembebasan Kamp Konsentrasi Auschwitz, perhatian dunia tertuju pada pentingnya melibatkan generasi muda dalam menjaga memori kelam sejarah Holocaust. Kamp pemusnahan yang menjadi simbol genosida Nazi ini menjadi tempat tewasnya lebih dari satu juta orang, sebagian besar di antaranya adalah warga Yahudi. Kini, generasi terakhir penyintas Holocaust mengingatkan tentang pentingnya melestarikan kisah ini agar tidak terlupakan.
Pada Senin (27/1), penyintas Holocaust bersama tokoh dunia berkumpul di Auschwitz untuk mengenang tragedi tersebut. Presiden Polandia Andrzej Duda dan sejumlah pemimpin global, termasuk Raja Inggris Charles III dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, hadir tanpa menyampaikan pidato politik. Fokus utama peringatan adalah mendengarkan suara penyintas, seperti Julia Wallach, yang hampir berusia 100 tahun.“Selama saya bisa melakukannya, saya akan terus bersaksi,” katanya penuh emosi.
Baca Juga:
Museum Holocaust, Memori Kelam yang Menjadi Pelajaran Berharga
Namun, waktu tidak berpihak kepada para penyintas yang semakin menua.“Dalam 10 tahun, mungkin tak ada lagi saksi hidup,” ujar Pawel Sawicki, juru bicara Museum Auschwitz. Kondisi ini memicu upaya masif di berbagai negara untuk mendokumentasikan cerita mereka dan melibatkan generasi muda dalam memahami sejarah.
Peringatan Holocaust: Pelajaran untuk Masa Depan
Banyak penyintas Holocaust yang kini bekerja sama dengan sekolah, universitas, dan organisasi internasional untuk membagikan kisah mereka. Esther Senot, 97 tahun, misalnya, membawa siswa sekolah menengah Prancis mengunjungi Birkenau, salah satu bagian dari kompleks Auschwitz. Dengan penuh haru, ia menceritakan janji terakhir yang ia buat kepada saudara perempuannya, Fanny, “Menceritakan apa yang terjadi pada kami agar kami tidak dilupakan oleh sejarah.”
Di berbagai negara, program pendidikan tentang Holocaust semakin digalakkan. Museum, film dokumenter, hingga pameran interaktif menjadi alat untuk mendekatkan generasi muda pada tragedi yang tampaknya jauh dari realitas mereka. Misalnya, di Jerman, pemerintah meluncurkan inisiatif pendidikan berbasis digital yang memungkinkan siswa mengakses arsip dan kesaksian penyintas secara langsung.
Ancaman Kebencian di Era Modern
Namun, peringatan ini juga menjadi pengingat bahwa kebencian masih tumbuh di berbagai belahan dunia. Para penyintas memperingatkan bahwa anti-Semitisme dan diskriminasi masih menjadi ancaman serius.“Kami khawatir sejarah bisa terulang jika kebencian dibiarkan tumbuh tanpa kendali,” ujar Kai Friedman, salah satu penyintas yang kini tinggal di Kanada.
Di tengah tantangan ini, keluarga generasi penyintas, seperti cucu-cucu Julia Wallach, ikut berperan aktif menyebarkan cerita keluarga mereka. Mereka berharap dunia tidak hanya mengenang Holocaust sebagai tragedi, tetapi juga sebagai peringatan untuk melawan intoleransi dan kebencian di mana pun.
Masa Depan Pendidikan Holocaust
Peringatan 80 tahun pembebasan Auschwitz menjadi momentum untuk menghidupkan kembali dialog global tentang pelajaran dari masa lalu. Generasi muda diundang untuk mengambil peran lebih besar dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Dengan teknologi modern dan komitmen pendidikan, harapan tetap ada bahwa ingatan tentang Holocaust akan terus hidup dan menjadi pengingat agar sejarah kelam tidak terulang kembali.
- Penulis :
- Ahmad Ryansyah