
Pantau - Perwakilan Tetap Sudan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Al-Harith Idriss al-Harith Mohamed, menyerukan agar Dewan Keamanan PBB segera menyelidiki dugaan genosida yang terjadi di Kota Al Fashir, wilayah Darfur, Sudan.
RSF Dituding Lakukan Pembunuhan Massal
Seruan ini disampaikan dalam sesi Dewan Keamanan PBB pada Kamis, 30 Oktober 2025, yang membahas situasi krisis di Sudan.
“Kami mendesak Dewan (DK PBB) untuk membuka penyelidikan terhadap genosida yang dialami penduduk kota Al Fashir demi mendorong proses pertanggungjawaban,” ungkap Al-Harith.
Ia menambahkan bahwa milisi terus menyebar ancaman pembunuhan massal setiap harinya di kota tersebut.
Pernyataan ini muncul menyusul laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehari sebelumnya yang mengecam tindakan brutal oleh Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Laporan WHO menyebutkan bahwa lebih dari 460 warga sipil tewas dan enam tenaga kesehatan dari Rumah Sakit Bersalin Saudi di Darfur Utara diculik.
Krisis Kemanusiaan Memburuk, Jutaan Butuh Bantuan
Sejak tahun 2023, Sudan mengalami konflik bersenjata antara militer nasional dan kelompok paramiliter RSF.
Pada Maret lalu, militer Sudan sempat mengklaim berhasil mengusir pemberontak dari Ibu Kota Khartoum.
Namun, situasi kembali memburuk ketika RSF melancarkan serangan besar-besaran di wilayah barat dan selatan Sudan pada April, serta mendeklarasikan pembentukan pemerintahan tandingan.
Eskalasi konflik terbaru di Al Fashir telah memaksa sekitar 28.000 orang mengungsi dalam beberapa hari terakhir.
Diperkirakan 100.000 orang lainnya akan menyusul ke wilayah tetangga Tawila.
Sementara itu, lebih dari 260.000 warga sipil masih terperangkap di Al Fashir tanpa akses memadai terhadap makanan dan air bersih.
PBB sebelumnya telah mendesak tindakan segera sejak awal Oktober 2025 untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang terus memburuk.
Hingga saat ini, sekitar 30 juta orang di seluruh Sudan membutuhkan bantuan kemanusiaan mendesak akibat konflik yang berkepanjangan.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf









