
Pantau - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan bahwa lebih dari 900 warga Palestina di Jalur Gaza meninggal dunia saat menunggu pertolongan medis, di tengah lumpuhnya sistem layanan kesehatan akibat konflik yang terus berlangsung.
Ribuan Korban Menunggu Evakuasi, Layanan Medis Kolaps
Dalam jumpa pers pada Rabu, Tedros mengungkapkan bahwa lebih dari 16.500 warga Gaza, termasuk hampir 4.000 anak-anak, masih menunggu untuk dievakuasi guna mendapatkan perawatan medis.
"Lebih dari 16.500 orang, termasuk hampir 4.000 anak, masih menunggu evakuasi. Sementara itu, 900 lebih orang meninggal selagi menunggu evakuasi," ungkapnya.
Ia menyampaikan apresiasi kepada negara-negara yang telah menerima dan merawat pasien dari Gaza, namun menekankan bahwa upaya tersebut perlu ditingkatkan.
WHO menyatakan sebagian besar fasilitas kesehatan di Jalur Gaza tidak lagi berfungsi akibat serangan berkelanjutan, kekurangan pasokan medis, dan rusaknya infrastruktur vital.
WHO memperkirakan kebutuhan dana mencapai 7 miliar dolar AS atau sekitar Rp117 triliun untuk memulihkan layanan kesehatan secara menyeluruh di wilayah tersebut.
Korban Terus Bertambah Meski Gencatan Senjata Berlaku
Menurut catatan WHO hingga akhir Oktober 2025, jumlah kematian di Jalur Gaza akibat eskalasi konflik Palestina-Israel sejak Oktober 2023 telah melampaui 68.000 orang.
Ribuan warga Palestina juga diyakini masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara dan darat.
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai diberlakukan sejak 10 Oktober 2025 dengan ketentuan pembebasan 20 sandera warga Israel oleh Hamas, serta pembebasan sekitar 2.000 tahanan Palestina oleh Israel.
Meski kesepakatan gencatan senjata telah diumumkan, Israel dilaporkan masih melakukan serangan ke wilayah Gaza dengan alasan membalas pelanggaran yang dilakukan oleh Hamas.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf







