
Pantau - China meminta Jepang berhenti mencari pembenaran untuk meningkatkan kemampuan militernya dan kembali pada komitmen pembangunan damai.
"Kami mendesak Jepang meninggalkan sejarah agresinya, tetap pada jalur pembangunan damai, berhenti mencari-cari alasan untuk pengembangan militernya, dan mengambil tindakan nyata guna mendapatkan kepercayaan negara-negara tetangga," ungkap juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian.
Pernyataan tersebut disampaikan sebagai respons terhadap komentar Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi yang menyebut ancaman militer China terhadap Taiwan dapat "menimbulkan situasi yang mengancam kelangsungan hidup Jepang".
Kritik China terhadap Sikap Militer Jepang
Lin menilai pernyataan Takaichi bertentangan dengan kontrol ketat konstitusi Jepang terhadap operasi militer pasca-Perang Dunia II, meskipun batasan itu mulai dilonggarkan melalui revisi undang-undang keamanan tahun 2015.
China juga menyatakan keprihatinan terkait Tiga Prinsip Non-Nuklir Jepang menyusul munculnya kemungkinan Jepang memiliki kapal selam bertenaga nuklir.
"Meski Jepang mendaku sebagai negara cinta damai dan mengadvokasi dunia yang bebas senjata nuklir, pemerintahan Sanae Takaichi telah membuat pernyataan ambigu tentang Tiga Prinsip Non-Nuklir dan menyiratkan kemungkinan untuk meninggalkan prinsip-prinsip tersebut," ia mengungkapkan.
Lin menuding Jepang terus meningkatkan anggaran pertahanan, melonggarkan ekspor senjata, dan mengembangkan kemampuan ofensif dalam beberapa tahun terakhir.
Ia juga menilai pernyataan Takaichi mengenai potensi intervensi senjata di Selat Taiwan sebagai langkah yang memperburuk kekhawatiran negara-negara kawasan.
"Akibat langkah-langkah Jepang ini, negara-negara tetangganya di Asia mempertanyakan apakah Jepang benar-benar telah memutuskan hubungan dengan militerisme? ... Apakah Jepang tetap bertindak sesuai komitmennya terhadap pembangunan damai?" ungkapnya.
Ketegangan Diplomatik Meningkat
Lin menyebut komentar ekstrem kelompok sayap kanan Jepang yang menargetkan diplomat China sebagai tindakan tidak bertanggung jawab.
"Kami sekali lagi mendesak Jepang untuk menangani akar masalah, segera mengoreksi dan mencabut pernyataan yang tidak berdasar itu, serta berhenti mencampuradukkan yang benar dan yang salah," katanya.
Pernyataan Lin muncul setelah Konsul Jenderal China di Osaka, Xue Jian, menuliskan ancaman untuk "memenggal leher kotor tanpa ragu sedetik pun" terhadap PM Takaichi, yang kemudian diprotes oleh pemerintah Jepang.
Menyusul meningkatnya ketegangan, Wakil Menteri Luar Negeri China Sun Weidong memanggil Duta Besar Jepang untuk China, Kenji Kanasugi.
- Penulis :
- Aditya Yohan








