
Pantau - Inggris dan ASEAN secara resmi meluncurkan inisiatif baru untuk memperkuat kebijakan iklim dan kapasitas kelembagaan di kawasan Asia Tenggara dalam konferensi perubahan iklim PBB, COP30, pada 19 November 2025 di Belem, Brasil.
Program ini merupakan bagian dari pilar Kebijakan Iklim dan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan dalam Dana Transisi Hijau ASEAN-Inggris (Green Transition Facility/GTF), yang dirancang untuk mendukung transisi hijau di kawasan ASEAN.
Peluncuran inisiatif dilakukan oleh Julia Ellis, Wakil Direktur Keuangan Iklim Internasional dari Departemen Keamanan Energi dan Net Zero Inggris, bersama Dr. Vong Sok, Kepala Divisi Lingkungan Hidup Sekretariat ASEAN.
Langkah ini dinilai sebagai tonggak penting dalam kerja sama ASEAN-Inggris, mengingat tingginya risiko perubahan iklim yang dihadapi oleh Asia Tenggara serta meningkatnya emisi karbon di kawasan tersebut.
Dampak Perubahan Iklim di ASEAN dan Urgensi Program
Sejak 1990, jejak karbon ASEAN terus meningkat secara stabil dan kini menyumbang hampir lima persen dari total emisi global.
Peningkatan emisi ini terutama dipicu oleh lonjakan permintaan energi dan perubahan dalam pola penggunaan lahan.
Kawasan Asia Tenggara juga menghadapi risiko bencana yang makin tinggi akibat perubahan iklim, seperti topan, banjir, kekeringan, kenaikan permukaan laut, serta dampak serius terhadap sektor pertanian dan ketahanan pangan.
Program ini hadir sebagai respons atas kerentanan tersebut, serta mendukung implementasi visi jangka panjang seperti “Visi Iklim ASEAN 2050” dan “Rencana Aksi Strategis Perubahan Iklim ASEAN (ACCSAP)” yang menjadi kerangka transformasi kebijakan iklim kawasan dan selaras dengan Perjanjian Paris.
Fokus Bantuan Teknis dan Komitmen Bersama
Program baru ini memberikan bantuan teknis terarah melalui tiga alur kerja utama, yaitu peningkatan Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC), persiapan implementasi Pasal 6 Perjanjian Paris, pembangunan kapasitas kelembagaan dan pertukaran pembelajaran, serta dukungan pada kerangka transparansi untuk pelaporan iklim.
Julia Ellis menyampaikan bahwa transisi hijau di ASEAN merupakan peluang bersama untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan ketahanan regional.
"Melalui Dana Transisi Hijau ASEAN-Inggris, kami memperkuat kapasitas kelembagaan, membuka pendanaan iklim, dan memajukan kebijakan berbasis bukti yang akan memungkinkan Negara Anggota untuk mewujudkan komitmen iklim yang paling ambisius," ungkapnya.
Sementara itu, Dr. Vong Sok menekankan perlunya percepatan upaya mitigasi dan adaptasi di kawasan.
"Hal ini memerlukan kebijakan yang konsisten, peningkatan kapasitas kelembagaan, dan peningkatan sistem transparansi, guna memenuhi tujuan Perjanjian Paris," ia mengungkapkan.
Status Program dan Arah ke Depan
Program ini akan terus dikembangkan dalam kerangka kerja ASEAN-Inggris sebagai bagian dari dukungan internasional terhadap kebijakan iklim regional.
Pelaksanaan program ini diharapkan mampu memperkuat peran ASEAN dalam aksi iklim global, serta meningkatkan kesiapan institusional negara-negara anggotanya dalam menghadapi tantangan iklim yang semakin kompleks.
- Penulis :
- Shila Glorya







