
Pantau - Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengatakan demokrasi Amerika Serikat pernah kecolongan dengan terpilihnya Presiden yang tidak paham konstitusi. Fahri meminta Indonesia berkaca pada kecolongan Amerika.
"Berkaca pada bagaimana demokrasi Amerika kecolongan dengan lahirnya seorang presiden yang tidak memahami konstitusi dan undang-undang seharusnya kita bangsa Indonesia perlu menyiapkan pemilu yang lebih baik ke depan," kata Fahri melalui akun twitternya, Sabtu (23/7/2022).
Fahri menyinggung Kongres Amerika yang sedang melakukan investigasi terkait ulah eks Presiden Donald Trump selama berkuasa. Fahri sepakat Trump merupakan presiden kontroversial.
"Kalau kita memeriksa pernyataan Donald Trump sepanjang 4 tahun menjadi Presiden, baik yang dikatakannya langsung maupun melalui Twitternya yang sangat kontroversial menggambarkan ketidakpahamannya akan konstitusi dan UU Amerika Serikat. Dia juga gak ngerti Filosofi demokrasi," ujar Fahri.
Selain itu terkait serbuan massa ke Gedung Capitol pada 6 Januari 2021. Trump diyakini terlibat dalam mobilisasi massa yang menentang pengesahan kemenangan Joe Biden dalam Pilpres Amerika 2020.
"Kongres Amerika menganggap bahwa serangan fisik kepada gedung Capital Hill yang melambangkan kedaulatan rakyat Amerika adalah kudeta terhadap demokrasi dan konstitusi. Itu sebabnya investigasinya berjalan terus sampai ketemu biang keroknya," kata Fahri.
Untuk diketahui, Kongres Amerika menggelar sidang dengar pendapat pada Kamis (21/7/2022). Mereka ingin mengetahui ulah Trump terkait serbuan massa ke Gedung Capitol.
"Berkaca pada bagaimana demokrasi Amerika kecolongan dengan lahirnya seorang presiden yang tidak memahami konstitusi dan undang-undang seharusnya kita bangsa Indonesia perlu menyiapkan pemilu yang lebih baik ke depan," kata Fahri melalui akun twitternya, Sabtu (23/7/2022).
Fahri menyinggung Kongres Amerika yang sedang melakukan investigasi terkait ulah eks Presiden Donald Trump selama berkuasa. Fahri sepakat Trump merupakan presiden kontroversial.
"Kalau kita memeriksa pernyataan Donald Trump sepanjang 4 tahun menjadi Presiden, baik yang dikatakannya langsung maupun melalui Twitternya yang sangat kontroversial menggambarkan ketidakpahamannya akan konstitusi dan UU Amerika Serikat. Dia juga gak ngerti Filosofi demokrasi," ujar Fahri.
Selain itu terkait serbuan massa ke Gedung Capitol pada 6 Januari 2021. Trump diyakini terlibat dalam mobilisasi massa yang menentang pengesahan kemenangan Joe Biden dalam Pilpres Amerika 2020.
"Kongres Amerika menganggap bahwa serangan fisik kepada gedung Capital Hill yang melambangkan kedaulatan rakyat Amerika adalah kudeta terhadap demokrasi dan konstitusi. Itu sebabnya investigasinya berjalan terus sampai ketemu biang keroknya," kata Fahri.
Untuk diketahui, Kongres Amerika menggelar sidang dengar pendapat pada Kamis (21/7/2022). Mereka ingin mengetahui ulah Trump terkait serbuan massa ke Gedung Capitol.
- Penulis :
- Muhammad Rodhi