HOME  ⁄  Internasional

Donald Trump Ungkap Ingin Pulihkan Hubungan dengan Kim Jong Un

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Donald Trump Ungkap Ingin Pulihkan Hubungan dengan Kim Jong Un
Foto: Presiden AS Donald Trump berjabat tangan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un saat mereka bertemu di zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea, di Panmunjom, Korea Selatan, 30 Juni 2019. (ANTARA)

Pantau - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada Kamis (13/3), mengungkapkan keinginannya untuk membangun kembali hubungan dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un. Ia menegaskan bahwa dirinya memiliki hubungan yang baik dengan Kim selama masa kepemimpinan sebelumnya.

Dalam konferensi pers, Trump menyebut Kim sebagai pemimpin negara berkekuatan nuklir yang memiliki banyak senjata nuklir. Pernyataan ini muncul saat pemerintahannya terus berupaya mencapai denuklirisasi total di Korea Utara.

Ketika ditanya apakah ia berencana memulihkan hubungan tersebut, Trump menjawab, "Tentu saja. Saya memiliki hubungan yang sangat baik dengan Kim Jong Un. Jika saya tidak terpilih, dan Hillary yang menang, mungkin kita sudah mengalami perang nuklir dengan Korea Utara."

Pernyataan ini meningkatkan spekulasi bahwa Trump berencana melanjutkan diplomasi langsungnya dengan Kim. Sebelumnya, keduanya telah bertemu dalam tiga pertemuan bersejarah: di Singapura pada Juni 2018, di Hanoi pada Februari 2019, dan di desa perbatasan Panmunjom pada Juni 2019.

Baca juga: Donald Trump Kembali Dekati Kim Jong Un, Ada Apa?

Setelah dilantik kembali pada Januari lalu, Trump kembali menyebut Kim sebagai sosok yang cerdas. Namun, muncul dugaan bahwa Korea Utara kini lebih bergantung pada Rusia untuk pasokan makanan, bahan bakar, serta dukungan militer, sehingga minat mereka untuk berdialog dengan AS mungkin berkurang.

Trump tetap menegaskan bahwa ia masih menjalin hubungan baik dengan Kim. "Saya memiliki hubungan yang luar biasa dengan Kim Jong-un, kita lihat saja nanti," ujarnya. "Namun yang pasti, dia adalah pemimpin negara berkekuatan nuklir."

Pernyataannya ini menarik perhatian, mengingat pejabat AS umumnya menghindari penggunaan istilah "negara berkekuatan nuklir" untuk Korea Utara, karena dapat diartikan sebagai pengakuan resmi terhadap kepemilikan senjata nuklir oleh Pyongyang.

Tak lama setelah kembali menjabat, Trump kembali menyebut Korea Utara sebagai negara nuklir, memicu spekulasi mengenai maksud di balik pernyataan tersebut. Namun, spekulasi tersebut mereda setelah Gedung Putih menegaskan bahwa pemerintahan Trump tetap berkomitmen pada denuklirisasi total Korea Utara.

Baca juga: Kim Jong Un Serukan Modernisasi Angkatan Bersenjata, Siap Perang?

Trump juga menyoroti harapannya untuk mengurangi jumlah senjata nuklir di dunia. Ia menekankan bahwa Korea Utara memiliki persenjataan nuklir dalam jumlah besar, sejajar dengan negara lain seperti India dan Pakistan.

Selain itu, Trump mengklaim bahwa keberhasilan Olimpiade Musim Dingin PyeongChang 2018 di Korea Selatan adalah hasil dari pertemuan awalnya dengan Korea Utara. "Mereka (Korea Utara) meminta pertemuan, dan setelahnya, Olimpiade menjadi sukses besar," ujarnya. "Sebelum itu, orang-orang enggan membeli tiket karena takut akan ancaman nuklir. Namun, setelah pertemuan tersebut, Korea Utara turut serta dalam Olimpiade, dan itu merupakan pencapaian besar dari pemerintahan Trump."

Meski demikian, pernyataan Trump menimbulkan pertanyaan karena pertemuan pertamanya dengan Kim terjadi pada Juni 2018, beberapa bulan setelah Olimpiade PyeongChang berakhir.

Penulis :
Latisha Asharani
Editor :
Fithrotul Uyun

Terpopuler